MotoGP 2019 ‘Boring’?

Siapa yang berpikiran MotoGP musim ini terkesan membosankan? Tenang aja, saya juga termasuk salah satunya kok. Tapi, mungkin dalam persepsi yang sedikit berbeda dengan apa yang dipikirkan Brosist sekalian.

 

Marquez Phenomenon

 

Poin inti yang bikin MotoGP 2019 terasa membosankan, nggak lain dan nggak bukan adalah karena hasil yang ditorehkan Marc Marquez musim ini. Yes, Marc memang nggak menang 10 balapan perdana secara beruntun kayak musim 2014… Tapi meskipun nggak menjuarai semua balapan, rider bernomor start 93 tersebut belum tersaingi dalam urusan konsistensi. Konsistensi disini bukan cuma sekadar podium, tapi konsisten selalu berada di grup terdepan setiap race.

Coba ingat-ingat lagi, kapan Marc Marquez nggak berada di grup terdepan di race musim ini? Ya, nggak pernah! Cuma crash yang bisa menggagalkan upaya Marc, seperti yang terjadi di COTA, Austin. Makanya jangan heran kalau rider seperti Dovizioso yang super sangar musim lalu mulai ketar-ketir akan pencapaian Marquez musim ini.

Sekarang kita hitung secara matematis. Pasca race di Red Bull Ring, Spielberg, Marc Marquez unggul 58 poin dari Dovizioso yang berada diposisi 2. Artinya MM93 harus crash sebanyak 3 kali, sementara AD04 harus juara sebanyak 3 kali juga untuk bisa mengejar ketertinggalan poin, sekaligus memberikan gap yang lumayan safe.

Nah, gimana kalau Marc Marquez main aman & konsisten meskipun nggak bisa selalu juara seri? Yaudah, bubar balapan! Sekalipun Dovi secara impresif bisa terus finish didepan Marc, rider Ducati tersebut juga harus memenangkan seluruh race yang tersisa musim ini… 8 race! Ini makin menyedihkan kalau melihat trek seperti Motegi, Phillip Island & Valencia yang biasanya didominasi oleh Marquez. #sademoticon

Jadi kalau kalian hatersnya Marquez, Honda-haters, atau mungkin juga fans beneran yang ingin persaingan terus berlangsung hingga seri penutup di Valencia – berdoa aja MM93 balik ke sifat mudanya yang hyper agresif. Pasalnya, cuma crash Marc Marquez yang bisa menyelamatkan musim ini dari feeling ‘membosankan’. Kabar baiknya, pepatah mengatakan nggak ada sesuatu yang nggak mungkin.

 

Runtuhnya Sebuah Era

 

Nggak bisa dipungkiri, salah satu aspek yang membuat MotoGP 2019 terasa ‘membosankan’ adalah faktor Valentino Rossi. Gak usah dijelaskan panjang lebar lagi lah seperti apa pengaruh The Doctor untuk MotoGP. Simpelnya gini… Kalau Dovizioso & Rossi bertukar posisi diklasemen, saya yakin yang bilang balapan boring bakal… Makin banyak!

Loh, kok malah makin banyak sih Kang? Ya iyalah… Siapa yang nggak sebel lihat Rossi menang duel vs Marquez tapi malah ketinggalan jauh diklasemen, gara-gara Marc terlalu konsisten sementara Vale terlihat kesusahan?

Khusus untuk pengandaian Valentino Rossi diatas, justru masih mending kalau race nya dibilang boring. Karena Rossifumi yang segitu banyaknya pasti bakal terus nonton perjuangan The Doctor melawan ganasnya duet Honda-Marquez!

Lah kalau posisinya seperti sekarang? Rossi terseok-seok di 6 race terakhir, tertinggal 117 poin dari Marquez, plus problem YZR M1 yang kelihatan makin tahun makin parah. Ini namanya bukan cuma boring, tapi yang nonton & beropini pun bakal berkurang! Kehilangan ‘Rossi Factor’ ini yang bikin feel MotoGP 2019 terasa ‘membosankan’.

Tapi jujur aja, saya nggak nyangka problem di paruh musim pertama antara Yamaha-Rossi bisa separah ini… Mengingat target Rossi sebenarnya nggak muluk-muluk: Konsisten podium, which is amazing mengingat faktor usia. Apalagi musim ini The Doctor terus dibayangi oleh Maverick Vinales & calon talenta baru Yamaha, Fabio Quartararo. Menarik melihat perkembangan duel antara Vale vs duo rider yang usianya jauh lebih muda tersebut.

 

Move Dorna, Move!

 

Mungkin banyak yang belum tahu – tapi selain ikuti kejuaraan MotoGP – sejak 3 musim lalu saya juga ikuti terus perkembangan Formula 1… Dari fans berat Ferrari yang begitu bahagia lihat Sebastian Vettel duel epik vs Lewis Hamilton, sampai akhirnya jadi supporter Max Verstappen gara-gara The Prancing Horse bikin blunder besar musim ini dengan kebiasaan back-to-square-one mereka.

Dan uniknya, apa yang terjadi di F1 & MotoGP pada paruh musim pertama ini banyak banget kesamaan. Sama-sama boring kalau dilihat dari persaingan World Championship. Heck, bahkan kalau Brosist sekalian (fans MotoGP) nonton F1 seri Perancis, saya berani jamin nggak bakal mau nonton lagi race berikutnya.

Tapi yang bikin berbeda, Liberty Media sebagai pihak yang mengelola Formula 1 punya trik tersendiri untuk membuat kejuaraan ini kelihatan menarik. Pertama, mereka benar-benar ekspos semua driver, mulai dari komunikasi radio, komentar, sampai ke insiden diatas aspal… Meskipun pada endingnya malah terkesan seperti mendewakan atau bahkan demonizing seorang pebalap.

Kapan ya channel official MotoGP bisa sekomplit & sekreatif begini?

Kedua, mereka juga hyper aktif & kreatif soal sosial media! F1 adalah satu-satunya channel official balap yang saya follow via YouTube… Karena info & konten mereka memang sangat layak diacungkan 2 jempol. Ketiga, denger nih Dorna, pebalap itu bukan cuma yang ada di tim kelas atas doang… Yang ada di tim papan bawah juga punya ceritanya masing-masing! Ini biasanya bikin drama-drama tambahan di klasemen papan tengah, atau malah papan bawah sekalipun.

Liberty Media bahkan mau bekerjasama dengan Netflix untuk membuat dokumenter berjudul “Drive to Survive” berisi persaingan driver di papan bawah merebutkan kursi F1 yang hanya berjumlah 20 orang! Isinya memang banyak dramatisasi, tapi hey… Kalau bisa mengundang lebih banyak fans kenapa nggak? I love it!

Ada yang pernah dengar cerita atau liputan khusus Tito Rabat yang aslinya merupakan anak orang kaya dari Spanyol? Saya belum. Di F1 juga ada yang begini lho: Lance Stroll. Dan EA’s Blog paham betul perjalanan anak milyuner yang “dibeliin team F1 sama babehnya” ini. Dan you know what? Stroll jadi salah satu driver dengan haters terbanyak di Formula 1.

Disini saya bahkan belum bahas soal politik F1 yang diekspos besar-besaran oleh Liberty Media. Jika ada satu team dominan karena faktor tertentu, maka team lain langsung rembugan menyusun perlawanan ke FIA dan mengeksposenya ke media… Seperti kasus Red Bull – Ferrari vs Mercedes – Renault soal kontroversi spek ban baru Pirelli.

MotoGP jelas jauh lebih menjanjikan soal battle antar rider diatas aspal. F1 nggak ada apa-apanya soal ginian! Gimana nggak, Di F1 mau sekadar overtake pun harus mengisi baterai (hybrid system) sambil nunggu DRS Zone… Sambil berdoa, syukur-syukur yang mau diovertake bukan mesin Ferrari. MotoGP juga jauh lebih menjanjikan soal coverage TV di Indonesia, karena masih ada yang menyiarkan secara gratis. Sementara penonton F1 kayak EA’s Blog harus berlangganan TV Kabel.

Tapi buat urusan memanjakan fans dan menjaga kondisi setiap race tetap menarik untuk ditonton, Dorna Sports harus belajar banyak dari Liberty Media. Banyak banget!

 

Mengatasi Kebosanan?

 

Poin utamanya, yang boring cuma persaingan World Championship doang kok! Itupun masih ada peluang untuk berubah drastis di paruh musim kedua ini. Ada banyak hal lain di MotoGP yang menarik dan layak untuk dijadikan bahan perdebatan. Baik dari sisi teknis, duel on-track yang amazing (kayak AD04 vs MM93 di Spielberg kemarin), ataupun perkembangan rider & team masing-masing… Seperti kasus Rossi vs duo Young Guns yang sedikit dibahas dipoin sebelumnya & clash Zarco-KTM yang bikin seribu pertanyaan.

Jadi untuk mengatasi kebosanan, syukur-syukur EA’s Blog bisa terus menulis artikel untuk Bro & Sist sekalian. Meskipun pemahaman soal regulasi & teknis MotoGP saya belum se-advance Wak Haji Taufik TMCBlog, tapi setidaknya artikel MotoGP disini punya warna tersendiri dan pastinya dari sisi perspektif yang berbeda.

Jadi, siapa yang mau baca artikel teknis F1 vs MotoGP? Atau mungkin ada yang minat baca artikel Honda Battle: Marquez vs Verstappen?

Iklan

26 comments

  1. Ane juga baru mantengin f1 di Musim ini Kang.
    Seru juga ngeliat perjuangan max & rbr Honda vs dominasi Mercedes.
    Tapi Ada Satu yg membuat MotoGP lebih menarik dari f1 yaitu gap antara Tim tidak terpaut jauh lebih banyak overtake dibandingkan f1 yang biasanya cmn Ada di tikungan pertama selanjutnya dipecah jadi f1,f1.5 dan f2 Yg f2 malah bisa di overlap berkaliā€ semoga Aja 2021 dengan rule baru bisa ngerubah situasi.
    Tpi setuju juga klo Ada versi drive to survive versi motogp, engga sabar ngeliat drive to survive Musim ini khusus cuplikan Toto gebrak meja di German.

    • Nah itu yang bikin F1 terasa kurang greget, gapnya terlalu jauh. Meskipun battle di F1.5 sendiri bisa dibilang seru juga sih, McL – STR – ReNo – Alfa. Yang bikin kocak Drive to Survive season 2019, Mercedes minta shootnya di Hockenheim, dilalah pas disaster banget 🤣🤣🤣

      • Salah sendiri siapa suruh make livery Williams. šŸ˜

        Yaitu Kang ngeliatnya jd aneh finish/qualifying dpt p4 Atau p5 senengnya minta ampun serasa p1. šŸ˜…

    • F1 bosennnnn politik sama MotoGP walau abdi jagoan marc ….tetep bosen ….ok WRC yg juara bertahan bisa nyungsep jg šŸ˜‚

  2. Bosen nunggu jagoannya juara
    Hhh
    Tp emang iya mm tahun ini maen bersih
    Ngacir sedari awal
    Cuma d beberapa trek aja mm mampu d bendung

  3. Bisa di katakan boring.. Juga bisa di katakan seru.. Tergantung dari sudt pandang mana.. Fans rider.. Fans pabrikan atau bla bla bla..

    Bagiku sebagai fans rider yaitu mm93.. Balapan terasa seru.. Walaupun sedang memimpin satu kecamatan.. Tapi ttp panas dingin jika belum finish.. Soalnya.. Aku kagum lihat talenta seorang marc93 di atas motor.. Apa lagi saat duel dgn ad04.. Waahh.. Volume tv pun bisa mencapai angka 45..

    Agar lebih seru.. Jgn suruh marc93 yg nunggu pembalap di belakangnya.. Tapi harusnya pbalap lainlah yg harus berusaha sejajar dgn marc93..
    Bukan marc93 g mau menghibur dgn duel2 di dalm race.. Tapi pengalaman sudah menerangkan apa yg terjadi setelahnya.. Drama dan drama.. Dari situ kemungkinan marc93 lebih baik di depan terus.. Dapet juara dunia.. Dan g gubris apa kata hatter.. Ini adalah balapan.. Kamu akan menang jika kamu orang yg pertama melewati garis finish..

  4. Sebagai fans VR saya mendukung MM juara dunia tahun ini 😁
    Kalau dibilang bosen, mungkin nggak juga. Yang jelas ada harapan tahun depan muncul pembalap yang bisa bejaban dengan MM biar seru lagi. Dovi dgn motor bagus tapi ga konsisten, mbah VR pembalap jagoan dapat motor letoy… sesuai umur kali ya? wkwkwk… Saatnya F1/4 unjuk gigi dgn motor factory tanpa limit seperti sekarang.
    Mudah2an Alex Rins dgn neng suzie bisa tambah ngacir, KTM dan Aprilia mungkin butuh lebih banyak support dari penonton untuk setidaknya bisa menyelesaikan balapan full jangan sering DNF

  5. Semua ada masanya…. 10-20tahun lagi MM juga bakal ada di posisi VR..

    Dan anak kita akan memberdebatkan apa yg kita bicarakan saat ini🤣

    Kita sebagai penonton gratis, nikmati saja hidangan yg ada…

  6. 1 lagi kekurangan motogp , di youtube kualitas videonya kalah jauhh dg f1 , f1 udah 60fps sedangkan motogp masih 30fps , ini penting kalo liat highlight race karena setiap pergerakan terlihat smooth

  7. bikin komparasi mesin f1 honda aja kang, dari masa awal f1 terus ke era turbo 80an dimana mesin honda behasil juara dunia 2x , & sampe era modern

  8. Gak bosen juga karena kepingin liat kapan alien bisa ditumbangkan. Masa GP500 hanya ada Rainey, Gardner dan Lawson. Rainey dominan sampai disela oleh Schwantz. Doohan menjadi monster baru yang bahkan saat kaki apkir dan perseneling pindah ke tangan masih jago aja. Criville tak mampu mempertahankan tahta Repsol Honda dan setelah Kenny Jr dengan Suzi, tibalah era VR46..well kita liat siapa yang menumbangkan MM93, it’s still interesting.

  9. IMHO..
    Tito & Karel sebenernya anak Sultan yang masuk tim medioker…
    Beruntung mereka duit bejibun.. Pasalnya kalau enggak, pasti Avintia udah out duluan di musim ini juga. CMIIW

    • Kalo bener, ini berarti sama persis kayak case Lance Stroll di F1. Bokapnya yang nyelametin Force India dari bangkrut, terus diubah jadi Racing Point (Consortium Lawrence Stroll).

  10. Wahh kang eno nulis lagi
    Sempet sedih waktu bolak balik refresh web lah kok gak ada news feed baru ?
    Apa udah pensiun ya ?
    Jujur ane penikmat setiap kata2 yang kang eno buat, kalo dibaca pelan2 smbil menghayati bikin senyum2 sendiri
    Lanjutkan ngeblognya kaangg ..
    Ane pembaca setia blog kang eno

  11. Yak…emang pembalap papan tengah dan bawah ini kurang banget panggunggnya. Dikasih silly season pun juga nggak. Padahal di F1, Kvyat yang kena mosi tidak percaya aja beritanya sama hebohnya dengan Verstappen yang lagi on-fire.

  12. serius kang Eno,no offense loh y
    F1 itu serunya dimana sih selain drama-dramanya?
    kalau selain itu, serunya cuma di strategi pit stop doang gt? di EWC atau IOM TT sih lebih seru menurut saya
    saya pernah nonton 2-3 musim lalu, itu juga cuma beberapa race, pokoknya nonton pas di global TV pas ada Rio Haryanto di sana (lupa tim apa šŸ˜…)
    saya nonton dari awal sampai akhir malah yg ada jenuh, soalnya yg menang Hamilton lagi Hamilton lagi, bahkan sampai sekarang
    walaupun sekarang Redbull dengan mesin Hondanya cukup menjanjikan di musim ini dan seterusnya
    beneran dh ngebosenin banget, makanya saya mw tanya serunya tuh dimana pas race (bukan diluar sirkuit y maksudnya)???

    kalau MotoGP itu asli seru banget di luar kedigdayaan mm93, duel wheel to wheel yg sudah di dapat di F1, hampir selalu hadir setiap race
    ibaratnya kalau di sepak bola, golnya itu y salip menyalip antara rider semakin banyak salip menyalip, semakin seru untuk ditonton
    ini lagi yg hampir g ada di F1, apa iya harus di buat lebih lebar lagi sirkuitnya biar banyak over take? (serius bener g ide saya tentang sirkuit yang di perlebar agar saat masuk tikungan bisa 2-3 atau bahkan 4 mobil masuk bersamaan????)

    MotoGP walaupun memang harus bayar (MotoGP pass) untuk bisa mengakses kejadian-kejadian seru didalam dan diluar race kang Eno
    tapi y g sebanding lah dengan dompet saya yg cuma buruh ini, wong bayar tv kabel aja g mampu

    serius tanya lagi nih kang Eno
    kapan nikahnya?
    serius dh!!!!
    wkwkwkwk
    di tunggu balasannya šŸ˜‚

Silahkan Berikan Komentar Brosist yaa ....

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s