Kenapa Suzuki India Lebih Sukses Dibanding Indonesia?

Suzuki India sama Suzuki Indonesia itu sebenernya sama-sama dibawah naungan Suzuki Motor Corporation Jepang. Mereka juga sama-sama sudah eksis lama banget, dan punya fans fanatik tersendiri di regionalnya masing-masing. Tapi, nasib keduanya sekarang justru beda jauh banget!

Kalau awal 2000-an dulu Suzuki bisa bersaing secara penjualan bareng Honda & Yamaha di Indonesia, Suzuki India justru cuma bisa gigit jari. Nah di 2022, kondisinya jadi terbalik 180°. Kalau Suzuki di Indonesia kondisinya sangat miris secara penjualan, nah Suzuki India secara fenomenal justru menjadi salah satu pabrikan terbesar di negeri Shahrukh Khan tadi.

Lah kok bisa gitu kang? Memangnya sejak kapan Suzuki India bisa bangkit sampai jadi kayak sekarang ini? Terus seberapa jomplang sih penjualan antara Suzuki India sama Indonesia?

Dan pertanyaan yang paling penting: Apa sih yang sebenarnya bikin Suzuki Indonesia jadi berakhir miris begini?

EKSISTENSI

Secara eksistensi, Suzuki Indonesia itu umurnya 1 generasi lebih tua dibanding India. Disini, Suzuki mulai eksis produksi motor dari tahun 1969 yang lalu dengan nama masih PT Indohero Steel & Engineering Company. ATPM yang punya singkatan ISEI ini dulunya bermarkas di Cakung, dan baru jualan motor Suzuki secara resmi mulai tahun 1970, lewat produk kayak A100/110 sama FR70.

Selanjutnya ya kalian pasti paham sendiri lah ya, setelah mendirikan pabrik produksi tahun 1976, Suzuki menjelma jadi trio brand motor terlaris Indonesia bareng Honda & Yamaha pada akhir era 90-an sampai pertengahan 2000-an. Baru mulai 2006 kelihatan ada yang aneh dari Suzuki Indonesia. Tapi ini kita bahas di poin selanjutnya ya.

Nah, di penjuru dunia lain, Suzuki India itu baru eksis secara resmi mulai tahun 1982. Tapi itupun namanya bukan Suzuki, tapi perusahaan patungan bareng brand local India TVS. Waktu itu TVS produksi skuternya, sementara motor batangannya pakai branding IND-SUZUKI… Terus berubah lagi jadi TVS-SUZUKI.

Motor perdana hasil kerjasama ini adalah TVS-Suzuki AX100 alias pesaing Yamaha RX 100 yang waktu itu sangat populer di India. Kerjasama antara Suzuki & TVS ini berlangsung selama 19 tahun, sampai resmi berakhir pada tahun 2001.

Alasan pisahnya juga agak pedes lho! Waktu itu Suzuki dinilai menghambat kemajuan TVS. Mulai dari penggunaan komponen lokal yang dibatasi, pembayaran royalti yang memberatkan TVS, sampai masalah yang paling pelik… Yaitu keputusan final Suzuki Jepang yang harus dituruti soal development produk.

Jadi istilahnya, kalau TVS R&D motor yang speknya sebagus apapun buat pasar India, tapi Suzuki Jepang bilang No, ya sampai kapanpun nggak bakal rilis itu produk.

Hmmm bentar-bentar, saya kok jadi keingetan cerita Suzuki dimanaaa gitu ya? Oiya bener, Suzuki Wakanda.

Puncak kesabaran korporat TVS diuji saat Suzuki menandatangani aliansi bareng Kawasaki. TVS yang sebelumnya mengira kerjasama ini hanya untuk pasar benua biru, eh ternyata merembet juga ke India. Akhirnya habis lah kesabaran TVS!

Puncaknya, pada September 2001, korporat TVS membeli saham mayoritas dan berdiri secara mandiri dengan brand TVS. Hasilnya bisa dilihat sendiri kayak gimana… Sekarang TVS sukses menjadi brand terbesar ketiga di India.

Terus gimana dengan Suzuki? Well, mereka baru balik lagi ke India secara mandiri atau sebagai anak perusahaan SMC Jepang di tahun 2006. Waktu awal-awal berdiri secara mandiri, Suzuki India itu cuma punya beberapa produk kayak Hayate 110 (bukan matic lho ya), Slingshot (bukan moge), sama GS150R. Dan nggak satupun dari yang sebutkan tadi meledak secara penjualan.

Kabar baiknya, pada akhir 2006 Suzuki India bikin pondasi kuat di segmen skuter matik bareng Access 125. Nah matik ini nih kunci awal kesuksesan Suzuki India! Sabar ya, bakal kita bahas Access 125 di poin selanjutnya kok!

Inovasi yang dilakukan Suzuki India & Suzuki Indonesia sejak tahun 2010 itu bisa dibilang minim banget. Nah ini jadi alasan kenapa keduanya sempat dapet kritikan pedas, bahkan dari fans loyalnya sendiri. Ya, nggak cuma Suzuki Indonesia doang yang kena sentil, Suzuki India juga sempet dapet kritikan juga.

Kalau Suzuki Indonesia menjawab kritikan tadi dengan merilis Satria Injeksi, kemudian ditlanjutkan dengan GSX-series yang spek mesinnya luar biasa. Suzuki India menjawabnya dengan merilis naked bike Gixxer, plus versi fairingnya dengan nama Gixxer SF.

Dari sini nih, jalan yang dilalui Suzuki Indonesia sama Suzuki India itu langsung auto berbanding terbalik. Kalau inovasi Suzuki Indonesia itu kerasa mandeg setelah tahun 2017-2018, Suzuki India justru gaspol rem blong pisan lah pokoknya.

Kenapa bisa gitu? Karena pada tahun 2016, terjadi perubahan yang signifikan banget dari Suzuki India. Soalnya di 2016, Suzuki baru bisa dapet keuntungan perdana setelah 10 tahun harus nutupin modal buat bikin plant produksi di India.

Momentum ini dimanfaatkan Suzuki India secara maksimal… Setelah rilis Gixxer & Gixxer SF periode 2014-2015, mereka melanjutkan lagi effort dipasar India dengan memberikan update ke produk volume maker Suzuki Access 125 versi 2016. Dan ubahannya nggak cuma facelift ringan doang lho, tapi ALL NEW! Desain baru, fitur baru, bahkan sampai mesinnya aja full baru.

2017 lanjut lagi rilis Burgman Street yang menjadi pengembangan platform Access 125. Terus lanjut lagi Intruder 150 yang super aneh bentuknya. Masuk ke 2019, mereka rilis lagi Gixxer 250 series dengan platform 250cc single cylinder yang full didevelop dari NOL.

Nggak ketinggalan, Gixxer sama Gixxer SF juga dapet upgrade. Beda kayak disini, entah kapan itu GSX-R sama Satria Injeksi mau diupgrade. Sampai disitu doang? Masih ada lagi bro!

Habis dihantam pandemi tahun 2020, Suzuki India gaspol lagi di tahun 2021 dengan rilis Avenis 125. Skuter matic yang diposisikan antara Access 125 & Burgman Street. Dan ditahun 2022, mereka kembali sukses melakukan diversifikasi produk selanjutnya, lewat V-Strom SX…. Alias motor adventure yang pakai platform dari Gixxer 250.

Dan momentum 2016 tadi bukan cuma dimanfaatkan Suzuki buat develop seabrek produk baru… Mereka juga sekaligus memperluas jaringan dealer sama aftersales dari yang semula 400-an, jadi 1.500 jaringan di tahun 2016.

Kombinasi produk baru sama perluasan jaringan dealership ini sukses bikin penjualan Suzuki melesat drastis dari 350 ribuan unit di tahun 2017, jadi lebih dari 500 ribu unit di tahun fiskal 2018.

Dan for your information, berdasarkan laporan di tahun fiscal 2018 kemarin, Suzuki India itu bertanggung jawab buat lebih dari 35% penjualan motor Suzuki secara global lho!

Terus kenapa Suzuki Indonesia nggak bisa melakukan hal yang sama? Nah, daripada kita cuma nebak-nebak doang alasannya, nih langsung kalian lihat sendiri aja deh perbandingan data market share antara Suzuki India vs Suzuki Indonesia. Soalnya ada yang unik disitu.

MARKET SHARE

Data AISI Market Share Suzuki Indonesia (2005-2021)

Sejak 12 tahun yang lalu, penjualan motor Suzuki Indonesia itu sebenernya merosot terus. Dari tahun 2010-2014 sih penurunannya nggak terlalu signifikan. Baru pas tahun 2015 penjualan Suzuki langsung terjun bebas dan akhirnya nggak bisa bangkit lagi… Kayak lagu Butiran Debu.

Bayangin aja, dari yang semula Suzuki Indonesia itu bisa jualan 400-500 ribuan unit motor pertahun, tahun 2015 tiba-tiba jualannya langsung drop ke 100 ribuan unit pertahun. Gokilnya, di 2016 penjualan mereka drop lagi jadi 50 ribuan unit pertahun. Baru di 2017-2018 aja market share Suzuki Indonesia ketolong sama NEX II plus GSX-R150.

Data AISI Market Share Suzuki Indonesia Berbanding Total Penjualan Sepeda Motor (2005-2021)

Tapi begitu euforia keduanya berakhir dan nggak ada produk baru lagi dari Suzuki, ditambah kondisi awal pandemi, angkanya drop lagi jadi 30 ribuan unit pertahun. Dan coba tebak berapa angka market share Suzuki di 2021 kemarin? Iyap, angkanya adalah 18.380 unit doang pertahun… Dimana Honda & Yamaha, masing-masing bisa jualan 3,9 juta & 1 juta unit motor ditahun yang sama.

Heck, bahkan angka penjualan domestik Kawasaki di tahun 2021 itu hampir 3 kali lipat lebih gede dari Suzuki lho! Segitu Kawasaki produknya kelas premium, lebih mahal, sekaligus lebih segmented juga dibanding Suzuki.

Terus, kalau sekarang jualannya cuma 18 ribuan unit doang pertahun, berarti posisi Suzuki Indonesia sudah diujung tanduk dong ya Kang? Hmmm, buat detail soal laba Suzuki Indonesia sih saya nggak berani komen… Soalnya pertama, saya nggak tahu angkanya. Dan kedua, saya juga bukan ahli di bidang ekonomi

Tapi kalau kita lihat dari perspektif lebih luas, Suzuki Indonesia sebenarnya masih ketolong sama pasar ekspor. Di tahun 2021 kemarin contohnya, Suzuki menegekspor 40.025 unit motor dalam kondisi utuh atau CBU, ditambah lagi sama yang bentuknya masih pretelan alias CKD sebanyak 93.360 unit.

Jadi kalau ditotal, pabrik motor Suzuki itu aslinya masih produksi sekitar 150 ribuan lebih sepeda motor di tahun 2021 kemarin. Kalau kalian fans sejati Suzuki yang nggak mau kalau pabriknya sampai tutup, saya pikir belum perlu khawatir masalah ini.

Tuh kan, berarti bener data market share dari AISI itu cuma buat pembodohan dari fansboy Honda sama Yamaha doang ya kang?

Ya nggak gitu juga, meskipun dari sisi produksi masih tertolong pasar ekspor… Tapi penjualan domestic ini yang nantinya bakal pengaruh ke jaringan dealer sama aftersales Suzuki. Lah orang dealer juga butuh penghasilan dari jualan motor bro! Kalau jualannya aja minim pake banget, nah gimana mereka mau survive?

Saya sih cuma bisa berharap kondisi tadi nggak sampai kejadian beneran di dunia nyata ya. Selain ngasih respect ke orang Suzuki dilapangan, saya pribadi juga pengguna Suzuki soalnya… Kalau jaringan 3S nya pada nutup, emak saya yang sekarang pakai NEX II mau servis dimana nanti?

Market Share Suzuki Indonesia vs Suzuki India

Pindah ke India, nah ini kondisinya berbanding terbalik banget sama di Indonesia. Setelah penjualan mereka jauh lebih tengkurep dibanding Suzuki Indonesia di medio 2000-an… Perlahan tapi pasti penjualan Suzuki India justru mulai menyamai pamor disini. Puncaknya di 2014, Suzuki India sukses menggeser Indonesia dari sisi penjualan.

Dan seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, pamor Suzuki India itu berubah total sejak tahun 2016. Bayangin aja, di tahun fiscal 2018, mereka bisa jualan 500 ribu unit motor. Dan tahun berikutnya naik lagi jadi 660 ribuan unit. Bahkan di kondisi pandemic sekalipun, dimana Suzuki Indonesia itu terdampak langsung secara penjualan, Suzuki India masih bisa jualan hampir 600 ribu unit!

Puncaknya di tahun fiskal 2021, Suzuki India sukses jualan 750 ribu lebih motor di pasar India. Seandainya 2 tahun kemarin nggak ada pandemi, who knows bakal berapa banyak penjualan Suzuki India. Bisa 1 juta unit motor kayaknya. Edan kan?

Terus, kenapa sih Suzuki India bisa jualan sebanyak itu kang? Dan kenapa Suzuki Indonesia nggak bisa? Nah ini jawabannya simpel sebenernya. Yaitu, produk VOLUME MAKER.

VOLUME MAKER

You see, alasan kenapa Suzuki Indonesia bisa tetap jumawa dari 2006-2014 adalah karena mereka masih punya produk volume maker! Lho, emang apaan kang produk volume maker Suzuki? Sejak awal 2000-an mereka punya Shogun-series. Dan memasuki era 2010-an, percaya nggak percaya, jawabannya adalah Suzuki Satria F150!

Oke, Satria F150 memang jauh lebih mahal dibanding volume maker lain kayak BeAT, Vario atau Mio… Tapi kalian tahu nggak, selama 2013-2014 dulu – sebelum penjualan Suzuki merosot – Satria F150 itu terjual 450 ribuan unit lho! Dan itu bukan jumlah yang sedikit ya, itu banyak banget malah.

Problemnya, semenjak Honda bikin Sonic 150R, penjualan segmen ayago ini malah drop secara drastis. Bahkan ketika Suzuki merespon Sonic dengan merilis Satria F150 Injeksi, which is, jauh lebih mentereng secara spek, tetap aja penjualan Satria pertahunnya nggak bisa ratusan ribu kayak sebelumnya lagi.

Nah, kalau menurut saya, problem Satria ini sebenarnya bukan Sonic lho. Tapi lebih pergeseran minat konsumen yang diawali gebrakan Honda Vario 150 & Yamaha NMAX. Dan ini bukan sekadar asal jeplak lho ya, tapi memang dibackup data juga.

Di 2016, Vario 150 laku 400 ribuan unit setahun, sementara NMAX juga nggak kalah fantastis jualannya, 250 ribuan unit pertahun. Bandingin coba sama Satria Injeksi yang jualannya bahkan nggak sampai 40 ribuan unit pertahun.

Jadi kalau digambarkan secara simpel berdasarkan data tadi, simpelnya nih ya, Suzuki itu terlalu fokus sama Sonic yang diposisikan buat menggerus pasarnya Satria. Padahal diam-diam, Yamaha sama Honda justru punya kartu as yang bikin kelas ayago bakal klepek-klepek: Vario 150 & NMAX.

Dan sebenernya bukan cuma Ayago doang sih yang kena imbasnya, bahkan bebek sama sport 150cc – termasuk produk Honda & Yamaha sendiri juga kena imbasnya.

Setelah itu ya kalian tahu sendiri lah gimana lanjutannya. Isinya cuma rilisan produk Suzuki yang telat berjamaah, sama planning produk yang – menurut saya – ngawurnya juga berjamaah. GSX-R konsepnya ajegile, tapi lahirnya telat. Nggak ada planning upgrade pula! GSX-S sama Bandit, yah itu mah lupain aja lah. NEX II sama Crossover? Keren tapi telat, harusnya nih matic lawan BeAT dari jaman FI pertama dulu.

Padahal berdasarkan data, yang dibutuhkan Suzuki Indonesia itu justru platform matic premium baru. Platform yang nantinya bisa dikembangkan Suzuki Indonesia ke banyak produk, kayak matic kelas medium (Vario 125 – Lexi), high-end (Vario 150 – Aerox), sampai produk premium (PCX – NMAX – ADV).

Ingat, platform baru lho ya! Bukan pakai basis 125cc Skywave yang outdated atau 125cc India yang jadul… Mau 150cc kek, 180cc kek, bebas! Saya percaya lah kalau Suzuki bikin platform baru itu nggak bakal setengah-setengah.

Terus, apa sih volume makernya Suzuki India kang? Nah, seperti yang sudah sedikit saya singgung di awal tadi, Suzuki India itu harus berterima kasih sama matic yang satu ini: Suzuki Access 125.

Semenjak pertama rilis dulu, Suzuki Access 125 sebenernya sudah jadi tulang punggung Suzuki India. Tapi thanks buat rombakan besar-besaran ditahun 2016, matic yang tampangnya bulet-bulet ini langsung sat-set-sat-set jualannya! Pasca facelift tahun 2016, Suzuki Access 125 langsung jadi skuter matik terlaris kelima di India, dengan total jualan 260.000-an unit di tahun fiskal 2017.

Setahun kemudian, Access 125 sanggup menembus angka penjualan lebih dari 400.000 unit pertahun. Edan kan, matic Suzuki ini jualannya setara kayak Vario-nya Honda di Indonesia lho. Dan yang bikin lebih geleng-geleng lagi, angka penjualan massif tadi dicapai sama Access 125 dengan banderol yang lebih tinggi dibanding lawan sekelas.

Dan sekarang ini, di tahun 2022, dimana baru kelar-kelarnya pandemi nih, Suzuki Access itu jualannya udah lebih dari 140.000 an unit cuma dalam waktu 4 bulan doang! Dengan angka sebanyak itu, Access 125 otomatis sekarang jadi matic terlaris ketiga di India. Cuma kalah dari Honda Activa ama TVS Jupiter doang. Kurang edan apa coba?

Jadi kalian nggak heran kan kenapa tahun 2018 lalu Suzuki Indonesia pernah coba tes ombak dengan bawa Access 125 ke pameran PRJ? Karena memang matic ini super duper laris di India sana.

Dan inget, jualan Suzuki Access 125 tadi belum ditambah sama matic lain kayak Avenis atau Burgman Street. Terus belum lagi ditambah sama model sportnya. Ditambah jualan 250cc nya. Nah kan jadi banyak kan tuh angka jualannya Suzuki India.

Bandingin coba sama Suzuki Wakanda? Volume maker? Nggak punya. Produk pelengkap? Apalagi, jauh. Refreshment produk? Nungguin nya harus sampai berdebu. Development platform baru? Yaelah, mana? Terakhir itu mereka bikin tahun 2016 lalu bareng mesin 150cc DOHC overpower di FU Injeksi. Sampai sekarang belum kelihatan lagi inovasi barunya.

Jadi kalau ada yang bilang Suzuki India itu jadi biang kerok penurunan pamor Suzuki disini gara-gara modal investasinya dipindah kesana semua? Well, bullsh*t.

Lagipula kalau dilihat secara pasar, market sepeda motor di India itu memang luar biasa angka penjualannya. Ditengah pandemi tahun kemarin mereka bisa jualan 15 juta unit motor lho. Ya, angka yang 3 kali lipat jualan motor di Indonesia.

Suzuki Gixxer SF 250

Mungkin karena angkanya gede tadi kang, makanya Suzuki milih fokus ke pasar India. Lagipula disana kan persaingannya nggak seekstrim di Indonesia yang ada Astra Honda sama Yamaha?

Kalau dibilang karena angka penjualan di India yang gede sih masuk akal. Tapi kalau dibilang disana minim persaingan dibanding disini, wah ini salah banget pastinya. Soalnya di India itu Suzuki bukan cuma ngelawan merk sesama Jepang doang lho, tapi sekaligus juga merk local yang luar biasa jualannya.

Jadi kalau alasan Suzuki India bisa kayak begini itu sudah jelas gara-gara kesuksesan Access 125. Nah kalau alasan kenapa Suzuki Indonesia bisa sampai kayak sekarang, kalian sudah sedikit paham lah ya alasannya kenapa.

9 comments

  1. Berarti sama² Jepang ya kang, saham lokal kecil antara india sama indoh
    Tapi kok pergerakannya bumi langit banget?

  2. Seandainya Suzuki Indonesia langsung mengeluarkan beberapa produk anyar yg bener2 fresh apakah penjualan nya bisa survive

      • yang bner bro??? masasih juki sukses jualan R4? jimny masudnya? yang sukses mah kang gorengannya itu.

        bentar lagi masuk tuh sampahan india, yang kaya kopi2 itu lho….

  3. Wanjirrr ngakak liat Suzuki bawahnya alfamart, deket rumah ane jg ada plangnya Suzuki bawahnya nasi padang 🤣

Silahkan Berikan Komentar Brosist yaa ....