Melihat apa yang terjadi pada duo tim utama Red Bull KTM MotoGP bikin kepala saya penuh tanda tanya. Saat Red Bull Racing & Max Verstappen di F1 bikin gebrakan dan jadi satu-satunya team yang bisa menantang dominasi Mighty Mercedes, RB-KTM MotoGP justru malah down habis-habisan musim ini.
Kesulitan yang dialami KTM Factory Racing sebenarnya bisa kita lihat langsung dari pencapaian mereka musim ini… Which is nggak ada. Kecuali kalau mereka menganggap perburuan poin diluar 10 besar itu dianggap sebagai sebuah prestasi. So far, hasil mencolok Red Bull KTM cuma bisa rebut front row di kualifikasi GP Ceko yang super-tricky-basah-nggak-kering-nggak.
Berkaca dari hasil tadi, kayaknya mereka lebih baik invest ke pawang hujan high-class deh, dibanding susah payah mendevelop RC16. #winkemoticon
Kondisi ini kontras banget dengan tim pendatang baru lain yang punya budget setara, Ecstar Suzuki. Team biru muda sudah mampu berburu podium meskipun masih di trek-trek tertentu (tergantung karakter sirkuit). Sementara Aprilia rumornya baru mendapat suntikan budget ekstra dari Piaggio Group untuk perubahan radikal musum depan… Meskipun saya sih nggak yakin Aprilia bakal langsung melejit menantang Top 5.
Zarco Effect
Kalau urusan poin & podium masih bisa didebatkan, KTM Factory Racing punya masalah lain yang membuat tim ini terlihat seolah kehilangan arah: Johann Zarco. Sejak pertama kali menjajal RC16 di sesi test pramusim, rider utama Red Bull KTM Factory Racing ini nggak pernah berhenti mengeluhkan problem demi problem di motor milik pabrikan Austria tersebut.
Beberapa pengamat MotoGP beralasan perubahan dari YZR M1 yang terkenal motor “friendly” ke tim lain yang pakai tipe motor berbeda menjadi batu sandungan Zarco dimusim ini. Soalnya ini sudah terbukti beberapa kali lewat rider yang bahkan lebih tenar seperti Valentino Rossi hingga Jorge Lorenzo.
Tapi surprise! Baru lewat paruh musim pertama, Johann Zarco langsung minta kontraknya diputus untuk musim depan! Begitu pertama mendengar kabar ini saya langsung bilang, “What!? Seriusan?”.
EA’s Blog pernah mendengar sebuah humor soal kultur Perancis yang berbunyi “cheese-eating surrender monkey” dari Jeremy Clarkson. Tapi saya nggak pernah menyangka kalau ini juga diucapkan oleh rider yang dulunya sempat ‘menantang’ Valentino Rossi sewaktu masih dibawah naungan tim satelit Tech3 Yamaha.
Kenyataannya, media luar bahkan menggambarkan kondisi mental Johann Zarco seolah tidak stabil saat berada di dalam paddock. Rider Perancis tersebut seolah kehilangan mojo, dan jarang banget terlihat gembira. Bahkan Direktur Motorsport KTM, Pit Beirer, menjelaskan Zarco sampai menangis saat meminta pemutusan kontrak untuk musim depan… Karena rider dengan nomor start 5 tersebut berkata ingin “bersaing untuk podium, dengan sebuah senyuman”.
Mengubah Filosofi
Kondisi yang dialami Johann Zarco sebenarnya nggak jauh berbeda dengan yang dialami Jorge Lorenzo di Repsol Honda musim ini. Meskipun endingnya beda, Zarco pergi dari KTM – sementara Jorge memutuskan bertahan di Team Oranye Spanyol (setelah rumornya gagal dapat seat Factory Ducati). Silahkan debatkan keputusan mana yang lebih tepat, bodo amat, saya nggak begitu peduli drama silly season.
Yang EA’s Blog pedulikan adalah kondisi keduanya terhadap tunggangan masing-masing. Meskipun Lorenzo terlihat kesusahan bareng Repsol Honda, tapi RC213V terbukti merupakan world-champion-racer ditangan rider sekaliber Marc Marquez. Di kasus ini problemnya jelas, RCV nggak cocok untuk Jorge. So, pertanyaannya, gimana membuat semuanya jadi klop?
Sementara KTM RC16, cocok untuk siapa? Pol Espargaro? Rider kedua Red Bull KTM Factory yang mencetak finish terbaik di posisi ke-6 & 6 kali finish diluar top 10 sepanjang 11 race? Sorry, bukan jawaban yang tepat. Yes, Pol adalah sosok yang likeable, cenderung blak-blakan, dan karakter yang klop untuk Red Bull Motorsport. Tapi kita disini ngomongin soal hasil, bukan personal.
Terlebih rumor menyebutkan Johann Zarco sudah meminta KTM mengubah beberapa item di RC16 – khususnya soal sasis trellis baja tubular & suspensi WP yang dinilai jauh lebih inferior dari kombinasi sasis alumunium twinspar & suspensi besutan The Mighty Ohlins. Dan pemutusan kontrak ini juga kabarnya efek dari KTM yang menolak mengubah filosofi sasis & suspensi di motornya, bahkan untuk musim depan.
Rumor ini sebenarnya logis bagi kedua belah pihak. Johann Zarco ingin motor yang lebih predictable dan bisa di-push tanpa khawatir crash, sementara KTM harus menjaga image produknya dengan tetap mempertahankan sasis trellis orange baja khas ala Austria & WP Suspension milik mereka pribadi. Konflik, politik, begitulah balapan dikasta tertinggi.
Haruskah KTM merubah filosofinya? Well, kalau pembahasan metalurgi bakal butuh berjilid artikel dan beberapa cangkir kafein supaya mudah dimengerti, sejarah setidaknya bisa mengajari kita banyak hal. Kasus yang paling dekat dan (uniknya) serupa, adalah apa yang dialami Ducati pada medio awal 2010 silam. Berbagai cara dilakukan untuk membuat sasis trellis yang kompetitif – bahkan sampai pakai material carbon fiber – tapi hasilnya tetap sama. Gagal.
In fact hampir semua pabrikan pernah merasakan hal serupa. Honda dengan kegilaan mesin 4-Tak diera kejayaan 2-Tak serta Rossi-Conflict, Yamaha YZR M1 5-Valve Screamer ke 4-Valve Crossplane, Aprilia RS Cube dengan teknologi F1, serta Suzuki dengan mesin ill-fated V4 nya.
Mau tau apa yang dilakukan semua pabrikan diatas? Semuanya menerima kenyataan, berubah dan menjadi manufaktur yang lebih kompetitif dari sisi kuda besi… Ehem, kecuali Aprilia.
Dan pertanyaan selanjutnya, sekali lagi, haruskah KTM merubah filosofinya dalam mengembangkan RC16? Well, seandainya KTM Austria mau belajar sejarah sedikit. Toh, Honda CBR150R yang pakai mesin Overstroke pun diklaim pakai teknologi DNA MotoGP RC213V, entah dibagian yang mana.
Akhirnya blognya muncul kembali…. Ditunggu artikel yg lain bang…
Bang eno bahas adv150 dong mumpung lagi rame kasus review adv yg ngungkapi jekeknya malah di bully habis2an
Saya belum test unitnya kang, kalau sudah, saya buatkan
Toh, Honda CBR150R yang pakai mesin Overstroke pun diklaim pakai teknologi DNA MotoGP RC213V, entah dibagian yang mana.
—–
khas kang eno banget……….
“Toh, Honda CBR150R yang pakai mesin Overstroke pun diklaim pakai teknologi DNA MotoGP RC213V, entah dibagian yang mana”.
Bagian livery na hungkul mang, hahaha
cheese-eating, surrender monkey alias dikit2 bendera putih..
Hmm… Se rumit itu ya motogp sekarang, semua harus mengerucut pada satu spek tertententu agar bisa bersaing lebih dekat
Trust me, ribet kang. Apalagi dimasa elektronik sudah unified seperti sekarang, sasis & delivery power (bukan horsepower lho ya) jadi lebih sensitif.
Rajin’ update kang, sayang blog yg artikel nya bagus begini kalo engga di urus hehe
Artikel segar banget mang, sesegar minum kopi di pagi hari.
Ngah ngah ngah
Moga berkarya terus ya kang…
Kenapa ngga coba ganti sasis aja ya KTM, siapatau bisa lebih kompetitif ..
Nongol disini ah karena kalimat penutupnya menarik HAHA
Welcome back kang! Percayalah selama kang eno break, saya hampir tiap hari coba akses blognya kang eno haha tapi sedih sih tulisan 3 tahun kebelakangnya ilangg, padahal itu lagi mantep2nya pembahasan kang eno.. Semangat terus kang nulisnya!
kayaknya in the end of the day, KTM kudu jilat ludah sendiri dan bikin sasis twin spar, delta box whatsoever wwkkwkwk
http://kobayogas.com/2019/08/18/alasan-mengapa-memilih-suzuki-all-new-ertiga-suzuki-sport/
Blogger terjujur yang pernah ada
Lanjut kang
Semoga sukses
Ktm tuh udah paling mantep… Kesulitannya wkwkwkkwk
Sasis trellis, suspensi wp, konfigurasi v engine. Kurang user friendly apalagi itu motornya
Perbaikan, trellis baja.
Ralat. Trellis baja
Oalah pantesan ane cari2 artikel ttg review sijuki nex fi new 2019 kok udah gak ada..😥😟
Ttg nex yg kamu uji dapat sindiran dr blog sebelah yg punya nex fi 2018 yg udah touring ribuan kilometer lho En.
Kata dia intinya meragukan review blogmu.
Pdhl kalo tak pikir2 emang kenyataanya produk sujuki nex fi 2018 emang miskin fitur & sunat sana sini kok mau bersaing dg new beat yg full fitur 😂😂
Its oke kang, itu pendapat dia. Kalo bawa2 saya yaudah, berarti blog ini mayan terkenal juga ya?
Soal Nex II, problemnya bukan cuma fitur & spek doang kang. Tapi problemnya sudah fundamental ke produk, dan Suzukinya secara keseluruhan.
Yah kalo KTM masih kayak gini aja jaminan auto nyungsep. Kalo mau pake trellis setidaknya pake mesin Inline4 dan suspensi Solihin biar lebih jinak #IMHO
Ngah ngah ngah,
adalagi aja fitur suspensi “solihin” wkwkwkwkw
Fitur teknisi buat setiap rider yang pakai Suspensi dari Ohlins. Teknisi ini yang nentuin pemilihan spring & setup suspensi berdasarkan feedback rider. Soalnya setiap ubahan itu bukan cuma klik2 elektronik hidrolik doang, tapi shocknya diganti semua. Buat shock belakang aja Ohlins kasih sekitar 30 pilihan kombinasi spring setiap race.
Jangan lupa, ditambah data & expertise dari Ohlins.
KTM masih kayak ducati jadul….
tinggi idealisme dan “ego” nya
dulu ducati waktu awal2 turun motoGP idealisme dan egonya tinggi banget mengenai konfigurasi “chasis” kebanggaannya (monocoque)…..berkali2 diminta sama the doctor untuk mengubahnya tp ducati emoh, akhirnya the doctor hengkang dari ducati.
setelah kepergian the doctor dari ducati entah kenapa akhirnya ducati mau merombak dikit egonya….dan hasilnya…….muantab……
*kalo salah tolong dikoreksi kang…
sepokat. tapi disini lebih rumit lagi utk mengubah idealisme karena menyangkut produk jualan KTM sendiri, yaitu WP Suspension #IMHO
This.
Kalo mau tetep idealis ya di wsbk aja kalo motogp ya beda lagi.
Betul, kata kuncinya “Prototype”.
toh jenis proto juga gak dijual bebas……
sah2 saja kalo keluar dari idealismenya…..
lain kalo di WSBK…..wajib idealis…lha regulasinya mengharuskan motor pabrikanyg dijual bebas……
ah entahlah ……
sekarang motoGP sudah gak seru lagi…..harusnya motoGP lebih seru dari WSBK….sayangnya WSBK gak ada yg nyiarin live di indo….
This.
awal masalah KTM dari idealisnya. gak mau beradaptasi spt team lain. keukeuh dgn sasis trellis. masalah selanjutnya merekrut rider yg stylenya smooth yg terbiasa dgn motor yg paaling user friendly di MotoGP (KTM harusnya udah bisa nebak sendiri endingnya) PLUS, kontrak Zarco ternyata di dealkan sepihak oleh managernya sendiri tanpa sepengetahuan Zarco. jd memang sebetulnya JZ sendiri blm fix mau deal dgn KTM. ekspresi wajah JZ ketika di KTM jauh berbeda dgn ketika di Tech 3. ga bisa disembunyiin, jelas terlihat selalu depresi. Genap lah sudah semua bahan2 tsb jd bom waktunya KTM yg skrg meledak. tinggal kedepannya KTM gmn. berani ga ambil keputusan yg radikal
Nah soal deal kontrak sepihak ini juga saya sempat baca rumornya, bahkan ada juga yang bilang Zarco nggak dikasih info managernya soal tawaran kontrak dari Repsol Honda. Good point kang 👌
Pelik sih emang, tapi endingnya menurut saya yang bikin Zarco minta putus kontrak ya tetap karena sudah putus asa sama RC16 sih. Yakali kalo konsisten podium maksa berhenti, hahaha…
@Kang Eno
Mengenai kasus Zarco sy rasa kedua belah pihak sudah mencapai win2 solution, ini dpt kita lihat dari berakhirnya kontrak secara “damai”. Akan menarik untuk menerka, siapa yg akan menggantikan posisi Zarco??
dan Kemana Zarco akan berlabuh untuk musim berikutnya??
Terkait chasis & suspension yg digunakan oleh KTM saya rasa mereka sudah membuat pilihan yg tepat berdasarkan dari apa yg mereka ‘miliki’. Keputusan untuk mengubah chasis & suspension ke arah ” mainstream” berarti mengubah total keseluruhan paket motor jg secara brand kehilangan “identitas”, ini sama dengan ” restart” dari nol. Juga patut kita cermati bersama KTM memiliki sedikit pengalaman berurusan dgn chasis aluminium twinspar, bukan mustahil memang, namun ini jelas membutuhkan sumber daya, waktu & tentu saja uang yg tidak sedikit. Well, opsi ini tentu bukan “haram” untuk direalisasikan namun jajaran petinggi KTM sy rasa akan menempatkan opsi ini paling2 terakhir dari sekian banyak opsi yg mereka miliki. Di musim depan mereka manarik diri dari moto2 untuk memfokuskan segala yg mereka miliki di moto gp, ditambah fakta bahwa mereka saat ini menurunkan 4 paket motor factory + test rider berpengalaman, jelas menandakan mereka belum menyerah, malah sebaliknya mereka mencoca ber-akselarasi di jalan yg sudah mereka rintis. Oh ya, kalau tidak salah Casey Stoner pernah juara dunia dgn chasis model trellis, ini tentu jg memotivasi mereka..
Salam Kang Eno…
Wellcome back, dari salah satu pembaca setia-Mu 🙂
Nice opinion kang, tapi kayaknya kita beda pendapat. Pertama, kita kesampingkan Zarco & Silly Season nya. Buat yang mau bahas JZ ke Moto2 atau WSBK silahkan. Soal hasil, kita lihat gimana musim depan. Musim ini IMO udah ketebak endingnya gimana.
Gini, yang saya maksud “belajar dari sejarah” itu bukan berarti ganti sasis & suplier suspensi terus berdoa bisa saingan sama Big 4. Tapi lebih ke restrukturisasi KTM Factory Racing itu sendiri, macam kasus Burgess/Rossi & Dall’Igna (visioner), atau Nakamoto/Suppo (team).
Berbagi pandangan lain, di F1 kondisi begini sudah sering banget kejadian… Tim terlalu pede sama idealismenya masing2, dan akhirnya underperforming meskipun budgetnya gede. McLaren-Honda (Boullier), Williams (Claire) & Renault (Abiteboul) contohnya. Solusinya apa? Ya rubah segalanya… Konsep sasis, mesin, komunikasi team, dlsb. McLaren jadi yang pertama berubah, dan hasilnya cuma butuh 2 musim langsung best midfield team.
Endingnya tergantung gimana dari Austria sih, keukeuh atau reset. Saya rasa memang cuma 2 opsi itu buat kondisi KTM yang sekarang.
menarique kedepannya melihat langkah yg diambil KTM. ambil kebijakan populis tp hasilnya ketebak atau gambling. Btw Stoner betul pernah jurdun dgn trellis tapi masalahnya. stoner itu 11-12 dgn marc yg sifatnya adaptif disegala jenis motor hehehe. zarco rider bagus tapi levelnya bukan alien sayangnya
Mantap dan lucu pisan..
Lanjutken nulis ,Mang Eno..🙏👍
Terimakasih atas tulisan artikelnya
Yang sama adalah warna bannya (jawaban untuk kalimat paling akhir)
Memang sasis tralis ini memiliki kekurangan d rigidity dan feedback
Karena dia gampang melendut yg bikin feel rider n feedback motor mati, makanya susah d prediksi.
Memang untuk motor masspro gak terlalu ngefek walau tetep ada efeknya untuk motor yg hyper performance macam superbike 1liter, ini motogp masalahnya motor terus d push to the limit kelemahan sasis jadi makin keliatan
Belum d tambah wp suspension yg memang pengalaman di motogp kurang d banding ohlins, secara teknologi prototype jga mungkin msh ketinggalan dri ohlins, makanya mereka stuck blom nemu jalan keluar dri permasalahan yg mereka hadapi, ini bukan berarti mereka jelek ya, hanya saja untuk level motogp wp harus banyak belajar dan mengumpulkan data, trus cari kelemahan dan jalan keluarnya kalau gak ya riding on a roundabout, muter wae gak jalan2
Masalah sasis ini masalah tersendiri kelemahan tralis sangat kentara, entah ktm melakukan rombakan desain sasis tralis secara radikal atau mencari opsi model sasis lain yg memiliki keunggulan yg tidak di miliki tralis, twin perimeter contohnya?
Ada alasan knp sasis ini d pakai d semua motor prototype
Bicara aprilia emang rada bingung nanggepinnya.. Wkwkwkw
Dari zaman Loris Reggiani pake RSW 500
Yang diklaim ringkih terus masuk era Doriano sampai McWilliams di era 2 tak tetep memble..
Ada RS3 Cube motornya joss sampai kerjasama dengan Cosworth… Tapi kata Bang Edward kayak nyetir babi 🤣 apalagi ditambah Haga suka jungkir balik terus bawain motornya… Sumpah gk ngerti..
Terus zaman sekarang pake RS-GP..
Aleix Espargaro masih empod empodan mereka 🤦♂
Haduh.. Gk ngerti napa…
Mungkin mereka bagusnya cuma di balapan kelas Feeder (IMHO dulu juga mereka pernah bikin juga proyek Moto2. Tapi kepaksa dihentikan)
Bahasa sarkas sedikit menampar gak ilang dan tetap ajib. Ntaaaps. Saya ndak setuju kalau KTM harus pakai twin-spar buat kompetitif. Mereka hanya perlu bersabar dengan riset. Toh dengan regulasi sekarang ini, pabrikan kismin fav saya (Sijuki) bisa bersaing juga kok. Secara personal saya berharap twin-spar menemui kesuksesan yang konsisten agar nantinya bisa lebih memberi solusi sasis murah yang bagus di MOTOGP.