Sejak Kapan Sepeda Motor Bergantung ke Chip Semikonduktor?

Motor modern itu sangat bergantung pada chip semikonduktor. Makin banyak fitur baru yang kalian request ke pabrikan, makin banyak juga jumlah chip yang dibutuhkan. Entah itu buat Electronic Control Unit (ECU) yang jadi otak di motor Injeksi, kontroler speedometer digital, kontroler ABS, keyless, fitur Connected ke smartphone kayak di motor Yamaha, sampai ke Headlamp LED pun butuh juga microchip ini.

Jadi begitu suplai semikonduktor ini terganggu karena efek pandemi, boom! Semuanya langsung auto panik. Bahkan manufaktur sekelas PT Astra Honda Motor, yang plant produksinya itu ada 4 biji, plus puluhan vendor yang jadi penyuplai sparepartnya, bahkan sampai bikin rilis resmi yang isinya mereka minta maaf karena produksi buat beberapa tipe motor jadi terhambat! Which is, nantinya bikin proses inden motor baru jadi jauh lebih lama dibanding biasanya.

Dan itu baru efek permukaannya aja. Nantinya kondisi begini juga bisa bikin efek domino yang sama sekali nggak berpihak ke konsumen. Contohnya kayak upping price buat rebutan motor baru, harga motor bekas yang naik drastis, harga sparepart yang ikutan naik, sampai yang paling ditakutkan… Harga motor jadi ikutan naik pesat karena kelangkaan chip semi konduktor ini.

Lho, memangnya sejak kapan motor itu bergantung banget sama chip semi konduktor yang model beginian? Dan kenapa sih yang kena imbasnya justru cuma motor yang kelas rakyat kayak BeAT, Genio, atau Scoopy? Terus kalau menurut Kang Eno, apa sih kira-kira solusinya biar masalah begini nggak keulang lagi kedepannya?

Sejak Kapan Motor Pakai Chip Semi Konduktor?

Jawabannya sudah dari awal era 70-an yang lalu. Bahkan kalau kita bahas dari dunia balap motor, teknologi silikon semi konduktor begini sebenernya sudah dibikin prototypenya dari era 60-an.

Kenapa baru tenar di era 60-an kang? Nah, soalnya waktu itu Thyristor atau yang dikenal juga sebagai Silicon-controlled Rectifier baru diperkenalkan ke publik tahun 1956. Nah, Thyristor ini nih yang jadi komponen utama buat teknologi pengapian elektronik. Atau yang kalian kenal dengan nama Discharge Ignition, alias awal mula pengembangan CDI.

Di dunia motor produksi masal, waktu itu bukan Honda, Suzuki, atau Yamaha… Tapi justru Kawasaki yang berani inovasi dengan pengapian digital alias CDI di H1 Mach III. Tapi itu juga bukan tanpa masalah, soalnya part CDI tadi harus direvisi beberapa kali sama geng-ijo sampai baru bisa disempurnakan di versi 1973… Berbarengan dengan pabrikan Italia Moto Morini yang juga sukses bikin motor versi CDI.

Tapi, pengapian CDI baru mulai booming pasca tahun 1978. Soalnya waktu itu produsen besar kayak Honda, Yamaha, Suzuki, sama Kawasaki baru mulai mengintegrasikan komponen ini ke motor barunya.

Sementara di Indonesia sendiri – karena motor yang dijual kebanyakan tipe low end yang harus nunggu lungsuran teknologi dari tipe flagship… Peralihan teknologi dari platina ke CDI ini baru populer mulai tahun 1983 keatas lewat produk kayak Yamaha RX-S, L2 Super, Honda GL CDI, Binter (Kawasaki) Joy, sama yang lainnya lagi.

Sewaktu kita baru saja disuguhkan pengapian elektronik ala CDI yang minim banget perawatan, konsumen di belahan dunia lain bahkan sudah merasakan yang namanya Electronic Control Unit alias ECU di motor Injeksi. Waktu itu ada di Kawasaki Z1000 Injeksi yang pakai system injeksi Bosch L-Jetronic, terus ada Honda CX Turbo yang pakai full-blown PGM-FI dengan ECU yang segede gaban.

Nah lompat 3 dekade kemudian, waktu awal-awal boomingnya motor Injeksi di Indonesia… Dunia permotoran disini jadi makin-makin deh bergantungnya sama chip semi konduktor. Khususnya buat produksi part Electronic Control Unit (ECU) yang waktu itu masih memusingkan untuk sebagian kalangan.

Beberapa tahun kemudian, sewaktu heboh rem Anti-lock Braking System (ABS) & speedometer digital, kebergantungan industri roda 2 kita terhadap chip silikon ini jadi makin bertambah lagi. Terus waktu booming headlamp tipe LED, Keyless, Riding Mode, Traction Control, Hybrid, nah jadi makin banyak kan komponen yang butuh chip ini?

Dan kalau kalian jeli, saat ini nggak cuma dikelas flagship sama premium doang, bahkan semua kelas motor sangat membutuhkan chip silikon ini! Di Honda BeAT & Yamaha Mio Gear contohnya, meskipun harganya relatif yang paling ‘murah’, tapi semuanya sudah pakai injeksi plus lampu depan full LED, which is butuh chip semi konduktor!

Apalagi Speedometer Honda BeAT sudah pakai semi digital sama full digital – yang sekaligus jadi komponen paling terdampak kelangkaan chip – makin banyak kan tambahannya?

Kalau di motor murah yang generasi lawas sih simpel aja… Kalau lampu mati, ya kita ganti bohlamnya. Kalau mesinnya dituning ya tinggal kita mainin settingan karburatornya. Kalau speedometer mati ya kita ganti kabel speedometernya. Nah di motor murah generasi sekarang mana bisa?

Oiya, ini bukan berarti saya anti teknologi baru lho ya, bukan gitu juga! Tapi memang kita semua harus paham konsekuensinya kalau terjadi sesuatu. Jangankan kondisi kelangkaan chip… Bahkan kalau (amit-amit) ngerasain insiden yang bikin komponen tadi rusak, biaya gantinya itu nggak murah lho.

Soalnya setelah sekarang kelangkaan chip semi-konduktor menyerang Indonesia, justru motor kelas entry level begini nih yang saya jamin bakal langsung kena imbasnya secara masif. Kenapa bisa gitu?

Kelas Rakyat vs Premium

Kenapa sih Kang, yang paling terdampak dari kelangkaan chip ini justru motor-motor yang kelas entry level kayak BeAT, Scoopy dan yang sejenisnya?

Nah, yang perlu kalian tahu sebelumnya. Kelangkaan chip semi konduktor ini sebenernya sudah ada dari awal muncul pandemi 2020 kemarin. Dan bukan cuma kejadian di Indonesia doang, tapi skalanya ini level global lho! Waktu itu yang perdana merasakan dampaknya adalah produsen mobil kayak GM, Ford, sampai Toyota.

Nah waktu krisis chip kemarin, atau yang juga dikenal sebagai Chipageddon, beberapa pabrikan tadi langsung bikin solusi jangka pendek untuk meminimalisir kerugian secara bisnis.

Trik yang pertama, mereka alihkan semua stok chip yang ada ke produk yang lebih premium. Kenapa yang premium? Karena produk premium inilah yang biasanya profit atau keuntungannya paling besar.

Kedua, untuk menghindari terjadinya stop produksi yang bakal berimbas fatal secara cost maupun ekonomi… Produsen roda 4 tu tetap melanjutkan produksi semua varian mobil. Tapi untuk part yang ada chipnya, nah ini diskip dulu. Nanti begitu suplai semi konduktor sudah ada lagi, baru deh dipasang ke mobil yang terparkir rapi di gudang, baru dikirim ke dealer.

Ketiga, mulai banyak pabrikan yang mengurangi fitur di produk yang mereka jual sebelumnya. Khususnya fitur yang sangat bergantung sama silikon semi konduktor. Nanti kalau sudah normal lagi, tipe produk yang downgrade fitur ini tinggal dihapus deh.

Nah jadi kalau kita lihat strategi yang dilakukan sama pabrikan roda 4, bukan nggak mungkin pabrikan roda 2 di Indonesia juga bakal pakai trik yang sama kan? Apalagi triknya tergolong manjur, nggak kudu mikir, dan gratis pula!

Jadi jangan heran kalau kedepannya motor-motor entry level kayak BeAT, Scoopy, Genio itu bakal rebutan unitnya di dealer. Karena menurut pak Thomas Wijaya, Direktur Marketingnya AHM, produk yang terkena dampak krisis chip ini cuma yang ada di kelas level entry sampai medium.

Jadi kalau kalian mau beli matic kayak PCX, Forza, CB150X, CBR250RR, atau yang kelas premium lain sih harusnya anteng-anteng aja. Yang wajib keringetan mungkin cuma rekeningnya aja kali ya.

Terus, kenapa yang bikin rilis resmi krisis semi konduktor cuma Honda doang? Kan Yamaha juga jualannya buanyak tuh Kang?

Nah, dari poin diatas, kita harusnya bisa ambil kesimpulan kenapa produsen kayak Yamaha, Suzuki, sama Kawasaki itu nggak terlalu parah banget dihantam badai krisis semi konduktor. Soalnya meskipun Yamaha jualan matic murah, dan banyak banget jumlahnya, tapi permintaan dari konsumen jelas nggak sebanyak trio matic murahnya Honda.

Saat ini menurut saya Yamaha justru lebih terkenal lewat Maxi-seriesnya yang notabene kelas premium, kayak Lexi, Aerox, NMAX sampai XMAX.

Jadi sekalipun mereka terkena dampak krisis semi konduktor, Yamaha nggak bakal terlalu pusing soal inden konsumen yang berjilid-jilid. Lahwong yang beli Mio-series juga nggak banyak kan? Jadi bisa dialihkan ke produk lain yang lebih ready stok. Beda sama Honda yang memang peminatnya luar biasa.

Sementara Kawasaki, ya kalian tahu lah mereka itu jualannya ya emang produk premium semua. Lagipula kebanyakan juga masih impor dari Thailand. Terus buat Suzuki, nah ini pabrikan masih jualan motor nggak sih?

Solusinya?

Kayak yang sudah sedikit saya jelaskan sebelumnya, krisis semi konduktor alias Chipageddon ini aslinya bukan cuma dirasakan oleh bidang otomotif doang.

Di dunia PC bahkan sudah 2 tahun lebih lho harga GPU melambung tinggi! Baru beberapa bulan ini aja mulai rada turun harganya, itupun sedikit demi sedikit. Di dunia fotografi sama videografi juga sama aja. Prioritas produksi kamera sekarang semuanya untuk kelas premium!

Dan semenjak 2021 kemarin, dunia smartphone bahkan sekarang kena juga imbasnya. Dikelas low-end makin ancur, midrange sekarang isinya sampah, bahkan Xiaomi yang didewain team mendang-mending juga sama aja sekarang.

Nah, parah banget kan efeknya?

Oiya, ngomongin soal Chipageddon, aslinya chip semikonduktor yang dipakai di sepeda motor itu beda jauh banget lho ya dari konsep prosesor Intel 12th gen atau calon Ryzen 7000 terbaru. Tipe silikon yang dipakai dunia otomotif itu jauh lebih jadul.

Kalau berdasarkan generasi nanometer, mungkin yang dipake di Indonesia masih yang node 45nm… Beberapa mungkin ada yang pakai 28nm, tapi tetap saja, yang saya sebutkan tadi adalah teknologi chip prosesor dari 10-20 tahun yang lalu.

Kecuali buat mobil yang pakai adaptive cruise control, autonomous driving, atau sejenisnya… Nah itu mungkin process node nya sudah kelas yang agak baru karena membutuhkan teknologi AI Deep Learning yang cuma ada di chip seri terbaru.

Nah karena silikon generasi jadul ini cuma menghasilkan profit yang kecil untuk produsen semi konduktor… Begitu mereka dipaksa melakukan efisiensi gara-gara lockdown, akhirnya chip generasi lawas inilah yang pastinya pertama dikorbankan.

Terlebih menurut berbagai sumber saat krisis chip tahun kemarin, ternyata produsen otomotif juga bukan tanpa kesalahan. Mereka itu pengennya pesen sekarang, terus langsung dikirim sekarang, atau Just In Time. Beda jauh sama bidang elektronik kayak AMD atau NVIDIA yang memang sebelum produksi sudah booking dan bayar dulu dimuka dari jauh-jauh hari.

Kalau diibaratkan, pabrikan otomotif ini gayanya bos, tapi belanjanya kayak karyawan di tanggal tua.

Nah, dua kondisi inilah yang bikin manufaktur semi konduktor sekarang jadi masa bodo gitulah istilahnya ke customer dari bidang otomotif. Makanya tahun 2020 kemarin krisis chip itu diprediksi baru bisa kembali normal akhir tahun 2022. Alias butuh 2 tahun lamanya. Dan karena sekarang ada peraturan lockdown di China yang memperlambat produksi semi konduktor, nah lho, bisa lebih lama lagi deh tuh prediksi pulihnya.

Terus menurut Kang Eno, ada nggak sih solusi buat produsen di Indonesia?

Kalau solusi sih saya yakin setiap produsen sudah punya solusi versi masing-masing lah ya. Soalnya ya buat apaan kan bayar karyawan ahli serba mahal kalau nggak ada jalan keluarnya?

Tapi solusi yang terbaik menurut saya tetap harus bikin plant produksi semi konduktor secara mandiri di Indonesia. Kalau proses perakitannya sendiri sampai jadi part utuh sebenernya sudah banyak yang diproduksi lokal disini. Tapi yang jadi masalah, bahan baku alias silicon wafernya ini yang belum ada di Indonesia. Kalau bahan baku aja nggak ada, gimana mau bikin sparepart?

Kondisi yang sama juga sudah dilakukan oleh Amerika Serikat pasca krisis chip awal pandemi lalu. Milyaran dollar Amerika digelontorkan untuk bikin plant produksi baru dari raksasa semi konduktor dunia: TSMC, Intel & Samsung.

Kenapa Amerika sampai begitu gilanya melakukan investasi? Karena sekarang ini hampir seluruh bahan baku silikon tadi masih berasal dari Taiwan & China, yang sekaligus jadi pusat produksi semi konduktor secara global. Jadi kalau China nya problem pandemi, ditambah sama perang dagang yang sengit kayak sekarang, Amerika Serikat bakal terkena dampak yang paling parah.

Lagipula dengan buka plant semi konduktor di Indonesia, pastinya juga sekaligus bakal buka ribuan, atau bahkan puluhan ribu lapangan kerja baru! Apalagi sebentar lagi mau masuk ke eranya mobil & motor listrik, yang kebutuhan chip nya memang jauh lebih banyak dibanding motor konvensional.

Meskipun ya perlu diakui, bikin plant produksi semi konduktor itu bakal jauh lebih ribet dan lebih makan duit dibanding buka produksi batre lithium kayak yang sebelumnya dilakukan oleh Indonesia.

Nah, terus gimana solusinya buat calon konsumen yang pengen beli motor baru? Ya tinggal sabar aja, karena menurut Honda juga keterlambatan indennya cuma 1-2 bulan doang kok! Kalau diminta upping price ya tinggal telepon Honda Customer Care Center atau pindah dealer aja sekalian.

Atau kalau nggak butuh-butuh banget motor baru ya tunda dulu aja sampai kondisinya normal lagi.

Atau kalau nggak butuh-butuh banget motor baru ya pakai aja dulu motor yang ada sambil nunggu kondisinya normal kembali. Kalau motornya ada trouble atau agak nggak enak dipakai ya tinggal perbaiki aja. Toh sekarang tutorialnya sudah seabrek ada di YouTube, dan gratis pula!

Kecuali mungkin karburator Mio ya, kalau itu yang error mah lembiru aja udah daripada mumet.

Kenapa nggak disarankan hunting motor second yang generasi lama aja Kang Eno? Sebenarnya ini ide yang oke kalau memang nanti harganya nggak ikutan naik. Tapi saya juga sadar, nggak semuanya punya kemampuan apalagi waktu buat milih sama buat ngerawat motor sekenan.

Kalau kalian termasuk tipikal bikers kayak saya, yang kalau motornya trouble langsung dicari sendiri masalahnya sampai ketemu, terus nyari part sendiri, beli part sendiri, terus benerin sendiri mungkin lebih baik nyari hunting motor second.

Terakhir mungkin saya cuma bisa berharap mudah-mudahan semua yang kerja di Industri otomotif nggak langsung terdampak efek krisis chip semi konduktor ini ya. Semoga krisisnya cepat berlalu, dan makin banyak lagi motor-motor baru yang makin menarik sama makin value for money. Aamiin.

5 comments

  1. Buat yg suka bangga²in motornya jepangan dan anti (motor) china, tuh ternyata motor jepang isinya (otaknya malah) dari china ;D

Silahkan Berikan Komentar Brosist yaa ....