Honda RC113 & RC114

Untuk mencari solusi permasalahan di RC112, Honda-san menunjuk engineer muda yang tengah naik daun sebagai project leader. Namanya adalah Shoichiro Irimajiri.
Setelah menghabiskan seabrek desain mesin baru, plus beberapa kali kena semprot Honda-san yang super-duper detail. Irimajiri akhirnya nemu permasalahan utama di motor ini, yaitu efisiensi mesin sama bobot yang terlalu berat dibanding lawan.
So, selain harus bikin mesinnya lebih kenceng, Irimajiri-san juga tentunya harus bikin project RC113 jadi jauh lebih ringan.

Dari sisi internal mesin, engineer Honda mengambil kesimpulan kalau head 2-klep itu sudah nggak uptodate buat balapan, jadi di versi RC113 ini mereka rombak konstruksi headnya pakai DOHC 4-valve per silinder. Aslinya, secara teori nih ya, desain 2 klep itu punya flow campuran udara & BBM yang lebih baik di RPM rendah, sementara 4 klep itu mantap di putaran mesin tinggi.
Nah karena mesin Honda ini bisa berputar sampai 18.500 RPM, ya ngapain juga kan Honda pakai 2 klep?
Next, pengapian yang sebelumnya pakai contact breaker, sekarang diganti pakai transistor elektrik yang lebih durable dan nggak gampang drop tegangannya saat dipakai satu balapan penuh. Cuma dengan ubahan konstruksi sama pengapian tadi, tenaga RC113 ini diklaim sanggup naik 10% dibanding versi lawas.

Tapi masih ada masalah lainnya, motor ini masih terlalu berat. So, karena engineer Honda sudah terlanjur puyeng, akhirnya mereka pilih buat bikin puyeng ridernya juga! Rem tromol depan yang ukurannya lumayan gede dibuang, kemudian diganti dengan rem penjepit bibir velg kayak yang dipakai di sepeda.
Part rem kayak gini beratnya tentu jauh lebih ringan dibanding rem tromol konvensional. Efeknya, bobot RC113 ini bisa diturunin sampai 8kg lebih dibanding RC112.
Masalahnya, meskipun motor balap yang kita bahas ini kapasitasnya cuma 50cc, tapi topspeednya bisa tembus 140 km/h lebih lho! Nah silahkan kalian bayangin sendiri aja deh gimana rasanya hard braking pake rem model beginian.

Sayangnya, karena waktu yang terlalu singkat, project RC113 ini akhirnya molor lagi. Buat kedua kalinya, Honda baru bisa menyiapkan prototypenya di penghujung musim 1963, atau di seri penutup di Sirkuit Suzuka, Jepang.
Beruntung, Luigi Taveri yang dipercaya sebagai rider utama waktu itu sukses memenangkan GP Jepang. Dan nggak kira-kira gap nya, waktu itu rider Suzuki ketinggalan hampir setengah menit lho! Ini tentunya jadi kabar baik buat Honda ikutan musim 64. Karena dengan power setara plus bobot lebih ringan, motor 4-Tak Honda terbukti bisa ngalahin Suzuki kok!
Apalagi kalau mereka bikin versi pengembangannya a.k.a Honda RC114, auto juara dunia kan pastinya?

No. Nggak gitu juga analoginya. Karena yang dilawan ini Suzuki, mereka juga punya kartu as baru buat ngelawan Honda. Disinilah datang Suzuki RM64 yang powernya melonjak drastis dari versi sebelumnya. Ditambah sama problem mekanikal Honda di 3 seri awal, plus speed RM64 yang bikin malu Honda di Isle of Man TT, musim ini bisa dibilang game over.





Karena menganggap musim 1964 sudah tak ada harapan, Shoichiro Irimajiri kemudian menjajal beberapa prototype baru di mesin RC114. Mulai dari yang simpel kayak pasang klep lebih lebar, pakai valve angle lebih sempit, sampai rumor yang paling mind-blowing… Soalnya waktu itu Honda dirumorkan mencoba sistem fuel injection tradisional yang direquest langsung ke Keihin Seiki.

Hasil riset ini membuat versi final RC114 diklaim punya power yang mampu tembus 12,6 HP diputaran mesin 19.250 RPM! Saking ngerinya riset yang dilakukan Honda, mereka sampai bisa menang 3 kali setelah apes di 4 race perdana. Rumor ini kemudian sampai ke telinga Suzuki, yang kemudian kasih respon dengan menyiapkan motor 2-Tak 50cc twin cylinder: The complex RK65.
So, gimana cara Honda counter Juara Bertahan 3 kali berturut-turut di GP50 ini?
absen dulu….
seperti ini yg generasi lawas suka, blog nggak disalip vlog
enakkan baca daripada nonton
enak baca dari pada menonton.ππ.yg dibaca jg enakπͺπͺ kang πππ
Aje gilee.. mantep tulisan na,Kang..