Jauh sebelum Ducati terkenal sebagai pemimpin brand roda 2 flagship Italia, ada banyak banget pabrikan sepeda motor historis dari Negeri Pizza tersebut. Mulai dari MotoGuzzi yang terkenal lewat mesin V8, MV Agusta yang sempat menguasai balap GP500, hingga FB Mondial yang bergelut di kelas GP125 & GP250.
Di era pasca PDII hingga 1960-an silam, Italia nggak pernah kekurangan brand motor kenamaan. Khususnya kalau bicara soal motor balap & motor produksi dengan racing pedigree yang kental… Sampai akhirnya industri motor mereka mengalami drop yang signifikan memasuki era 70’an – thanks untuk gempuran motor berspek tinggi dari kwartet manufaktur asal Jepang. Endingnya, dari belasan (atau bahkan puluhan) brand dari Italia, cuma beberapa yang masih bertahan di era modern ini.

Nah, ngomongin Italia & Jepang, tentunya ini jadi sesuatu yang agak sensitif. Apalagi setelah baca paragraf sebelumnya. Jangankan kerjasama, lahwong sejak era Laverda sampai diteruskan perjuangannya oleh Ducati, pabrikan Italia & Jepang ini terkenal selalu bersaing ketat. Apalagi dilevel Superbike, ebused, jauh… Dikelas ini judulnya Jepang vs Italia – bukan Jepang & Italia.
Tapi, ada satu superbike eksotis yang membantah hal tersebut: Mondial Piega.
Mondial: The Glory Days

Di jaman now, nama Mondial di dunia balap tentunya nggak sementereng brand Italia lain seperti Ducati, Aprilia, Cagiva, atau MV Agusta. Nggak heran sih, pasalnya saat ini Mondial hanya memproduksi motor 125-300cc dengan basis mesin dari Aprilia-Zongshen. Tapi kalau kita buka buku sejarah, di era 50-an silam, Mondial ini ternyata salah satu produsen yang menguasai balapan kelas Lightweight (GP125 & GP250)!
Tercatat 10 total gelar Juara Dunia dikoleksi pabrikan asal Bologna tersebut, dengan hasil 5 titel Juara Dunia Rider & 5 Juara Dunia Constructor. Mondial juga menjadi salah satu produsen roda 2 tersohor di pasar domestik, dengan produk andalan motor berspek racing turunan dari kejuaraan WorldGP. Produksinya sangat terbatas, hanya sekitar 1.000-2.000 unit pertahun karena dikerjakan secara handbuilt.

Sayangnya momen tersebut nggak berlangsung lama, akibat ikutan pabrikan Italia lain seperti MotoGuzzi, Gilera, Morini & Ducati keluar dari kejuaraan GrandPrix – lantaran masalah cost yang terus membengkak – nggak lama kemudian, sales motor Mondial turun drastis.
Kenapa penjualannya bisa turun, Kang? Lho, mereka itu jualan spesialis jualan motor dengan spek balap GrandPrix… Kalau nggak ikutan balap, terus mereka jualan apaan coba? Terlebih, pasca gempuran Honda, Suzuki & Yamaha ke kejuaraan balap GP, nama Mondial semakin tenggelam dimata Tifosi Italia.
Endingnya, produksi motor mereka berakhir tahun 1960. Setelah itu, Mondial hanya mendevelop sasis & komponen lain, sementara mesinnya yang mengandalkan milik brand lain. Seperti yang bisa ditebak, metode ini nggak bertahan lama, hingga akhirnya Mondial dinyatakan bangkrut pada tahun 1979.
Soichiro Honda Connection

2 dekade kemudian pada tahun 1999, nama Mondial kembali dibangkitkan oleh pengusaha koran & printing Italia, Roberto Ziletti. Sejak dulu, Roberto memang dikenal sebagai seorang enthusiast sepeda motor yang mengimpikan bisa memiliki brand historis. Lantaran nama Mondial terkenal sebagai produsen motor homologasi balap, dirinya cuma punya satu tujuan kala itu: mendevelop Superbike Racing!
Akan tetapi, impian Roberto Ziletti dihadapkan tembok raksasa berupa development mesin yang membutuhkan waktu bertahun-tahun lamanya. Untuk itu, taipan Italia tersebut coba meminta bantuan brand lain – khususnya brand Jepang yang terkenal punya reliability jempolan. Suzuki sempat menyetujui permintaan Roberto yang meminta bantuan berupa mesin TL1000S, namun langsung dibatalkan ketika mengetahui tujuannya untuk mendevelop Superbike Racing.

Tanpa disangka tanpa diduga, dalam keputus-asaan, setelah meminta bantuan Oscar Rumi, owner tim Rumi Honda Superbike… Justru Honda yang menawarkan bantuan kepada Roberto Ziletti. Nggak tanggung-tanggung, pabrikan berlogo sayap tersebut bahkan menawarkan mesin V-Twin 1000cc double WSBK World Champion – the one and only – Honda VTR1000 SP1 (RC51) secara official!

Sesuatu yang sama sekali nggak pernah terjadi sebelumnya, karena faktanya Honda nggak pernah kasih mesin >250cc ke manufaktur lain – sekaligus terkenal sebagai pabrikan yang sangat strict soal development Internal Combustion Engine… Apalagi mesin versi racing dengan bantuan engineering HRC, jangan ngarep!
Lho, Bimota HB-series gimana tuh Kang? Bimota itu statusnya beli motor utuh dari Honda secara pribadi, kemudian mesinnya diambil sebagai Power Unit sasis mereka.
So, apa yang bikin Honda tiba-tiba berubah jadi dermawan? Ternyata ada aspek historisnya lho.
Saat pertama kali Soichiro Honda mengunjungi Isle Of Man TT pada tahun 1954 sekaligus mendeklarasikan bakal ikutan kejuaraan balap WorldGP, founder Honda tersebut dihadapkan dengan power motor balap Eropa yang jauh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. Meski sudah membeli seabrek part racing dari luar negeri, namun faktanya Soichiro Honda tetap kesulitan mengaplikasikannya menjadi sebuah motor balap utuh.
Mencari bantuan, pada tahun 1957 Honda-san mengirim surat resmi kepada owner Mondial saat itu, Count Giuseppe Boselli, dengan harapan pabrikan Italia tersebut mau membantu Honda dengan menjual salah satu motor prototype balap. Lantaran Mondial punya kesamaan filosofi dengan Honda, membuat motor balap 4-Stroke! Diluar dugaan, Count Boselli ternyata setuju memberikan Honda akses ke motor balap GP-winner Bialbero 125 (DOHC)!

Meski pada tahun 1959 Honda hadir ke balap GrandPrix dengan filosofi yang berbeda dari Mondial GP125 (karena RC142 pakai mesin Twin, sementara Mondial Single), namun motor inilah yang menjadi benchmark pengembangan motor balap perdana Honda. Selanjutnya? Tinggal History bagaimana pabrikan sayap menguasai balap dunia…
Sebagai penghormatan, Mondial Bialbero 125 tersebut bahkan dipajang di pintu depan museum Honda Collection Hall, Motegi. Kemudian untuk membalas budi kebaikan Mondial, Honda juga memberikan support penuh kepada pabrikan Italia tersebut untuk memboyong mesin motor balap WSBK mereka, Honda RC51 – meskipun kepemilikan brand Mondial sendiri telah berubah ke owner baru.
Mondial Piega, The Italian RC51

Setelah menerima kabar tak terduga dari Honda, Roberto Ziletti seakan mendapat dorongan passion & antuiasme untuk mengembangkan calon superbike terbarunya. Mengusung konsep Superbike Eksotis yang khas ala Italia, Roberto tak ingin motornya cuma punya tampang ultra-keren, tapi juga tak ingin menyiakan potensi engine Honda RC51 dalam hal handling & rideability.
Singkatnya, Roberto Zilletti ingin mengembangkan versi ‘Perfect’ dari Honda RC51. Hasilnya? Incredible!
Mesin 90º V-Twin DOHC 8V Gear-Driven Camshaft tersebut dipadukan dengan sasis trellis berbahan chrome-moly steel. Namun berbeda dengan sasis trellis Ducati atau Bimota, sasis ini dibuat menyerupai geometri twinspar milik RC51 original dengan keunggulan ukuran yang lebih slim. Suspensi depan dipercayakan kepada Paioli (diganti Ohlins di versi EVO), suspensi belakang Ohlins, rem besutan Brembo, velg Forged Marchesini, serta swingarm unik yang menggunakan kombinasi struktur chrome-moly steel kemudian dibalut cangkang carbon fiber.

Untuk mengurangi bobot secara signifikan dibanding RC51 original, Mondial menggunakan seabrek part eksotik yang saat itu jarang ditemui di superbike manapun. Hampir seluruh part alumuniumnya dibuat menggunakan bongkahan alumunium yang dibentuk menggunakan mesin CNC Mill, bukan lewat proses forged apalagi casting. Plus, subframe belakang & seluruh komponen bodypart dibuat menggunakan material carbon fiber utuh!
Hasilnya luar biasa, bobot Superbike yang diberi nama Mondial Piega ini diklaim cuma 178kg, hampir 20kg lebih ringan dibanding RC51 original!

Disektor mesin, untuk mengejar reliability yang saat itu nggak bersahabat dengan brand Italia, Mondial sama sekali nggak mengubah struktur mesin 996cc, 90º V-Twin, DOHC 8V Gear-Driven Camshaft punya Honda RC51 original. Saking takut soal reliability, pabrikan Italia tersebut bahkan nggak mengubah system injeksi PGM-FI & throttle body Keihin yang dipakai VTR1000 SP1.
Mondial hanya mengklaim mengubah software tuning mesin V-Twin jawara WSBK tersebut dengan ECU besutan pribadi. Plus, Mondial juga bekerjasama dengan Arrow untuk mendevelop knalpot titanium special yang khusus dibuat untuk Mondial Piega… Yes, ini knalpot Arrow yang terkenal sekarang banyak versi Arrow-Lingga nya!
Hasilnya, mesin ini diklaim mampu mengail output power maksimum hingga 140HP @ 9.800 RPM, sedikit lebih tinggi dibanding output mesin VTR SP1 original. Namun dengan bobot yang jauh lebih ringan, Mondial Piega mendapat respon positif dari jurnalis roda 2 yang mengetesnya langsung di Sirkuit Monza… Sirkuit power-track yang dikenal nggak kasih ampun soal reliability, ultra-high-speed cornering & pengereman.
Singkatnya, Mondial sukses mendevelop versi sempurna Honda RC51 dengan material eksotis, desain jempolan, handling brilian & mesin race-winner yang reliable besutan Honda. Sesuatu yang, uniknya, sama persis seperti yang dilakukan Soichiro Honda 45 tahun yang lalu.
Spesifikasi Mondial Piega
Manufaktur : Mondial, Honda Motor Co. (Mesin) & Carbon Dream (Body)
Model : Piega 1000 & Piega EVO
Tahun Pembuatan : 2002-2005
Engine : 4-Tak, 90º V-Twin, DOHC 8-Valve, Dual Liquid Cooled, Gear-Driven Camshaft
Bore x Stroke : 100 x 68,8 mm
Kapasitas Silinder : 996 cc
Sistem Penyuplai BBM : PGM-FI, Mondial ECU
Rasio Kompresi : 10,8 : 1
Transmisi : 6-Speed
Starter : Elektrik Starter
Max Power : 140 HP @ 9.800 RPM
Max Torsi : 110 N.m @ 8.000 RPM
Panjang x Lebar x Tinggi : 2.000 x – x – mm
Jarak Sumbu Roda : 1.420 mm
Tinggi Jok : 820 mm
Berat Kosong : 179 Kg (Piega) | 178 Kg (EVO)
Kapasitas Tangki BBM : 20 Liter
Sasis : Chrome-molybdenum Vanadium Steel Trellis, Carbon Fiber Subframe
Suspensi Depan : 43mm Ohlins TiN Upside Down Fork
Suspensi Belakang : Ohlins Monoshock, Chrome-moly Vanadium Steel – Carbon Swingarm
Rem Depan : 2 x Cakram Hidrolik, Disc 320 mm, Kaliper Radial Brembo 4 Piston
Rem Belakang : Cakram Hidrolik, Disc 220 mm, Kaliper 2 Piston
Ban Depan : 120/70 – ZR17
Ban Belakang : 180/55 – ZR17

Sayangnya setelah berhasil menciptakan mahakarya dan memperkenalkan Mondial Piega ke publik pada tahun 2002, (entah mengapa) kondisi internal mereka justru malah mengalami penurunan. Terlebih setelah Roberto Ziletti mengakuisisi divisi grafis Mitsubishi dan mengalihkan fokus kesana… Sesaat kemudian Mondial Piega mendapat banyak problem soal Quality Control lantaran kondisi keuangan yang makin memburuk.
Dibanderol seharga $30,000 dan dijual limited edition (hanya 250 unit), Mondial Piega sebenarnya punya value yang luar biasa dibanding Superbike homologasi besutan Ducati atau Aprilia. Namun sayang inkonsistensi mereka dalam hal kualitas membuat banyak konsumen mengurungkan niat. Belum lagi, ditambah kasus korupsi yang dilakukan importir Mondial kepada calon konsumen di Amerika Serikat – dengan mengganti beberapa part original dengan sparepart lebih murah.
Dari 250 unit target penjualan, hanya 35 unit Mondial Piega yang diproduksi sebelum perusahaan yang dimiliki Roberto Ziletti dinyatakan bangkrut dan berganti kepemilikan ditahun 2004. Setelah diakuisisi Biemme dan berganti nama menjadi Gruppo Mondial S.R.L, perusahaan asal Milan tersebut berhasil menjual tambahan 92 unit Mondial Piega & Piega EVO, serta versi Naked bernama Starfighter yang diperkenalkan pada tahun 2003.
Meskipun berakhir kelam, namun perjalanan Mondial Piega ini sebenarnya memberikan seabrek pelajaran soal sportsmanship & respect. Apapun, kapanpun, dimanapun, bagaimanapun kondisinya, perbuatan baik harus dibalas dengan perbuatan baik lainnya. Plus yang nggak kalah penting selanjutnya, jangan pernah kehilangan passion.
Perbuatan baik tak pernah sia-sia.
This.
Klo tdk slh prnh diulas di M+ jg. Cm tdk sedetail kang Eno..
Salam (silent) reader lawas kang
Salam kang, terima kasih udah mampir lagi. Pernah diulas M+? Wah serius, baru tau euy saya…
saya cari2 gambarnya dengan warna lain (hitam karbon lebih tepatnya) ternyata cantik banget bentuknya, italian bike banget.
sumpah warna dan grafisnya jelek banget, emang sih mau ambil heritage nya, tapi kan ga gitu juga.
yang evo cakep, cuma jok putihnya ganggu banget . . . .
Yang carbon original (item) itu opsi warna ‘Piega Nero’ kang. Lebih mahal dari Piega silver-biru (warna heritage Mondial).
Kayak ada sedikit aura mv agusta nya ya kang
Betul, F4 ya?
iya ya kaya F4, cuma lebih race tampangnya, lampu susunnya jadi inspirasi duc 999 atw sebaliknya ya?
Betul, lebih dulu Piega, baru kemudian model projector susun begini dipakai sama Pierre Terblanche (designer Ducati 999).
Iyaa kang kayak f4 yang jadul garis besar desainnya
Mantap … makasih kang request artikel histrory diterbitin juga ….
Nambah pengetahuan
Siaaaapp, sama2 kang.
tulisan history kang eno kalo diterbitkan khusus dalam bentuk majalah edisi tahunan kayaknya worth banget buat koleksi
wow….romantis sekali
Ditunggu kang upload youtubenya, seru keknya dengerin kang eno dongeng historical bike lagi.
Thanx alot mas Eno 🙏👍💪
Josh 👍
Akhirnya balik lagi artikel Historical bikenya, semoga istiqomah kang
paragraf terakhir kang, jangan kehilangan passion (nulis)..
wkwkw
Ulasan educatif bagi pecinta roda 2. Terus berkarya melalui tulisan kang