Berapa banyak jumlah gearbox transmisi atau yang sering disebut “gigi” yang di motor kalian? Atau malah disini ada yang sama sekali belum pernah pakai motor gigi? Wkwkwk, sedih amat.
Well, buat generasi 90-an seperti saya yang tumbuh gede bareng Supra, Shogun, Jupe-Z, MX lawas, dlsb, gearbox 4 percepatan itu pastinya angka yang paling sering ditemui. Jadi kalau ketemu motor sport atau yang generasi baru kayak Vixion atau Satria F150, dulu itu rasanya lumayan mengintimidasi
Padahal kalau dicobain ya jadi biasa aja! Yang riweuh mungkin posisi gearnya ya… Soalnya dijaman itu masih jarang banget yang namanya indikator gear di motor yang transmisinya 5 atau 6 percepatan. Jadi buat anak muda jaman now, kalian harus banyak bersyukur.
Tapi gimana kalau saya kasih tau ternyata ada juga motor yang gearbox nya itu lebih dari 6 percepatan. Maksudnya 7 atau 8 percepatan gitu Kang? No! Yang saya maksud ini bahkan 2 kali lipatnya – alias pakai transmisi 16-speed gearbox! Ebuset, itu gimana cara makenya?
Well, kalau mau tau jawabannya silahkan tanya langsung ke rider team Kreidler… Yang kebetulan motornya bakal jadi materi pembahasan kita di artikel History kali ini.
Kreidler & Sejarah GP50

Brand Kreidler aslinya sudah ada dari akhir era 1800-an di Jerman. Tapi waktu itu Kreidler belum produksi motor, mereka itu masih jadi produsen kabel. Sampai akhirnya seorang yang bernama Franz Ferdinand ditembak dan Perang Dunia I kejadian. Begitu Kreidler mau bangkit lagi dari efek Perjanjian Versailles, seorang pria berkumis lucu bikin Perang Dunia II nggak bisa terhindarkan.
2 Perang Dunia dalam jangka waktu yang tergolong singkat bikin keadaan nggak bersahabat buat Kreidler. Perang Dunia II bahkan sampai bikin mereka hampir bangkrut. Tapi untungnya, karena kebutuhan transportasi yang sangat masif di Jerman pasca PD II, Kreidler kemudian mikir, “hmmm, kayaknya bakal jadi bisnis bagus nih kalau kita produksi motor?”
Suatu ide yang sebenernya sudah bosen banget saya denger waktu pelajarin soal History Pabrikan – khususnya di wilayah yang kalah perang… #Ehem Honda, #ehem Suzuki.

Sebagai pabrikan yang berasal dari Jerman – khususnya dari Stuttgart yang jadi rumahnya Porsche sama Mercedes – kita harusnya sudah nggak perlu lagi meragukan kemampuan Kreidler bikin motor yang speknya amazing. Ya nggak?
Sama kayak kita waktu dulu ngelihat temen yang pakai kacamata, wah pasti anak pinter ini. Padahal kenyataannya ya nggak selamanya gitu juga. Buktinya saya nggak pakai kacamata tuh, dan otaknya, beuh, biasa-biasa aja.
Beda kayak sesama Jerman lain yang fokus bikin motor beneran… Mulai tahun 1951, Kreidler justru fokus memproduksi Scooter & Moped, alias motor yang kapasitasnya kecil buat pemula. Kebanyakan malah cuma 50cc, dan mesinnya masih selonjoran kayak Supra kalian dirumah.

Karena target pasar mereka itu generasi muda Jerman yang penuh semangat, motor Kreidler aslinya dibikin pakai spek yang bisa dibilang seadanya. Contohnya kayak Kreidler K50 yang desainnya imut-imut, sama pakai mesin 2-Tak piston port tradisional.
Tapi karena punya build quality mantap, durability tangguh, gampang dituning, sama harga yang tergolong murah dikelasnya, motor ini dalam sekejap langsung jadi idola tersendiri dikalangan pemuda Jerman Barat.
Dan karena pasarnya itu digemari sama anak muda, kayak yang juga kejadian sekarang di dunia trondol-ers, kita tahu lah gimana endingnya. Cuma butuh waktu kurang dari 10 tahun, lahirlah motor-motor custom balap berbasis Kreidler konvensional. Awalnya ide ini cuma dipakai buat kompetisi kelas amatir di Jerman Barat… Tapi lama-kelamaan, karena melihat potensi yang ada di motor Kreidler, sejumlah penggemar enthusiast mulai bikin project motor balap khusus.
Sayangnya, semua yang ikutan balap pakai nama Kreidler, harus dapat ijin dulu dari dedengkot merk ini, Dr. Alfred Kreidler. Dan syarat yang dikasih dari empunya ini kolot banget, yaitu motor yang dipakai buat balap itu harus murni berbasis dari mesin yang dijual Kreidler kepasaran.




Tapi meskipun pakai basis Kreidler Florett generasi baru yang mesinnya masih selonjoran, plus spek yang tergolong persis banget kayak motor standar, bahkan knalpotnya juga pakai standar… Team Kreidler justru mampu memenangi balapan 50cc domestik Jerman tahun 1960.
Meski statusnya domestik, tapi namanya Domestik Jerman – artinya yang ikutan juga bukan merk sembarangan, dan banyak banget entry nya. Ada Zundapp, NSU, DKW, Hercules, Sachs (bukan Minerva ya), dan lain-lainnya. Jadi secara kompetisi, ini juga nggak kalah seru dari balapan GrandPrix beneran.


Karena faktor inilah, FIM akhirnya bikin kompetisi sendiri buat kelas 50cc. Namanya Coupe D’Europe, atau istilahnya itu balapan kelas 50cc tingkat Eropa. Karena pabrikan Inggris sama Italia kelihatan ogah gabung di ajang ini – mungkin karena nganggep kelasnya itu terlalu unyu-unyu – akhirnya balapan Coupe D’Europe ini malah jadi kayak balapan Nasional Jerman yang dibikin jadi official buat Eropa.
Meskipun nggak ikut semua serinya, tapi thanks buat aksi rider utama mereka yang brilian, Hans-Georg Anscheidt, Kreidler sukses menjuarai balapan tingkat Eropa di musim perdana 1961. Dan ingat, itupun cuma pakai motor balap dengan basis Kreidler Florett Super yang diproduksi masal. Secara nggak langsung, ini sekaligus jadi bukti betapa advanced nya motor racikan pabrik Kreidler di Stuttgart.

Karena balapan 50cc ini punya animo yang menjanjikan – bukan cuma dari sisi penonton, tapi juga dari pabrikan yang ikutan, which is nantinya menghasilkan duit banyak – akhirnya FIM mengintegrasikan kelas amatir ini ke balapan World GrandPrix musim 1962 dengan format GrandPrix 50cc (GP50).
Karena sekarang formatnya sudah mendunia, alias bukan balapan level Eropa lagi, Kreidler tinggal memikirkan gimana caranya buat mengatasi perlawanan pabrikan Jepang. Untungnya, kalau dilihat dari musim 1960 sama 1961, Suzuki bahkan belum bisa bikin motor 125cc yang kompetitif.
Kalau kelas GP125 aja masih belum becus, gimana kalau harus disuruh bikin motor baru buat kelas 50cc? Nah pastinya bakal berat banget buat pabrikan asal Hamamatsu tadi. Apalagi Kreidler itu punya rider god-tier kayak Hans-Georg Anscheidt… Otomatis, kemenangan sudah ada di tangan dong, ya nggak?
No. Kreidler itu nggak tahu kalau di musim perdana GP50 1962 mendatang, Suzuki bakal kedatangan sosok rider yang mengubah segalanya: Ernst Degner.
Never ending madness… Kreidler 😁
Sereem banget kompresinya ..
Btw trma kasih Kang eno buat artikel history nya
Unik juga jika ditelusuri Suzuki awal2 curi2 teknologi ke Jerman, tapi saat Bmw awal develop S1000rr curi2 dari Suzuki lewat Gsxr
wah mantep
Motor Astrea 800 saya kalo mo gigi 16 dah mo rotary 6 kali..
Hmm…menarik baca kalimat ini,
“Kreidler justru fokus memproduksi Scooter & Moped, alias motor yang kapasitasnya kecil buat pemula. Kebanyakan malah cuma 50cc”
dan sadar artikel berikutnya,
“Ketika Suzi Bikin Mesin 2-Tak 20.000 RPM, Suzuki RP68!”