Kreidler vs Suzuki

Walaupun mereka punya keyakinan buat jadi juara di musim GP50 perdana, tapi Dr. Alfred Kreidler tetap melihat teknologi yang ada di motor racikannya mulai ketinggalan jaman. Apalagi lawan sesama Jerman mereka sudah mulai meninggalkan teknologi Piston Port andalan motor Kreidler karena dinilai jauh lebih inferior dibanding Rotary Valve.
So buat musim 1962, Kreidler mendevelop mesin baru dengan tipe Rotary Valve. Dan meskipun konfigurasi mesin Kreidler ini masih 50cc silinder tunggal selonjoran, mereka bukan cuma pakai satu doang, tapi 2 biji rotary valve sekaligus! Dan bukan cuma itu doang ubahan yang dilakukan pabrikan Jerman ini.
Pistonnya diorder khusus dari Mahle dengan diameter 40mm, sementara dinding silindernya diplating bahan Hard Chrome yang terinspirasi dari penemuan tetangga mereka, Porsche. Plating silinder generasi jadul ini berfungsi untuk tempat oli nangkring, sehingga pelumasan bisa lebih baik. Soalnya sudah bukan rahasia lah ya, pelumasan di mesin 2-Tak memang lebih tricky dibanding 4-Tak.
Dan buat bikin bobotnya lebih ringan, Kreidler menggunakan material baja Chrome Molybdenum yang masih langka waktu itu buat material sasis tubular mereka. Nggak ketinggalan, beberapa komponen blok dan tutup blok dibikin pakai material Magnesium yang ringan. Di tahun 1962, pabrikan JAWA mungkin cuma bisa nangis kena mental ngelihat karya Kreidler ini.

Dan yang paling greget dibanding semuanya, mesin baru ini juga sudah pakai transmisi 12-percepatan. Yak bener, giginya ada 12! Tapi cara pengoperasiannya ini nggak seperti yang kalian bayangkan.
Kalau di motor balap biasanya itu susunan gearboxnya 1-N-2-3-4-5 dan seterusnya. Nah di motor balap Kreidler ini juga sama, pakai gearbox utama 4 percepatan. Bedanya, di ouput poros gearboxnya itu dia nggak langsung ke gear depan, tapi ke susunan gear lagi, namanya gigi overdrive. Dari sini baru deh ditransfer ke ban belakang lewat gearset sama rantai.
Posisi gear overdive ini berada diluar crankcase utama, dan jumlahnya ada 3 gear. Jadi kalau ditotal semuanya ya jadi 12 percepatan. Ya nggak?
Cara pengoperasiannya, begitu sudah masuk gigi 1, rider harus milih lagi rasio selanjutnya lewat tuas handle kayak operan gigi di sepeda… Tahu kan, yang suaranya kemretek gitu. Tujuannya buat apaan sih Kang gearbox sampai 12 speed gitu? Terus kok malah kelihatannya jadi ribet gitu ya segala ada rasio tambahan?
Well, fungsinya itu buat memaksimalkan power dan penyaluran torsi di mesin Kreidler ini. Namanya juga mesin 50cc, ya power maksimumnya segimana sih? Terlebih lagi karena di era ini baru ngetren yang namanya Exhaust Expansion Chamber tanpa Power Valve System, otomatis powernya cuma keluar di RPM tertentu doang, yaitu antara 9.500 – 11.000 RPM… Atau kurva powerband yang nggak useless nya itu cuma 1.500 RPM doang!
Digeber dibawah RPM tadi, ya nggak ada powernya. Digeber sampai melebihi gimana? Ya ikutan drop juga powernya.

Nah, gear overdrive ini ditujukan supaya rasio gearbox jadi lebih rapat. Jadi begitu pindah dari gear rendah ke yang lebih tinggi, RPM nya nggak drop. Otomatis, torsi bakal tetap terjaga, plus power bakal terus kerasa ngisi sampai maksimum di gigi ke 12.
Terus, kenapa nggak dibikin gearbox internal 12-speed aja sekalian Kang? Ya kalau dipikir-pikir, harusnya sih gitu. Tapi kalau kita inget lagi syarat yang diajukan Dr. Kreidler buat ikutan balap, mesinnya harus pakai basis dari motor produksi masal yang sudah ada.
Jadi bisa dibilang ya ini akal-akalannya tim Kreidler buat bikin Racer 50cc mereka punya output power tinggi… Selain akal-akalan ala Jerman yang memang terkenal bikin segalanya di dunia otomotif jadi lebih ribet.
Kalau gearbox dirasa ini musingin, tunggu dulu. Hans-Georg Anscheidt alias rider utama tim Kreidler bahkan masih punya motor yang gearbox nya lebih musingin lagi. Kita bahas nanti ya.

Meskipun sudah mampu menghasilkan power hingga 10 HP dari mesin mungil 50cc, plus keseluruhan bobot motor yang cuma sekitar 50 kg, Kreidler ternyata bukan motor yang paling potensial dikelas GP50 musim 62.
In fact, yang paling potensial waktu itu adalah motor Suzuki RM62 tunggangan Ernst Degner. Soalnya ini pertama kalinya lho Suzuki bikin motor GP50, dan sudah bisa mengeluarkan output power yang 11-12 kayak Kreidler. Thanks untuk seabrek teknologi 2-Tak yang paling gress limbahan #eehem maksudnya curian dari MZ di Jerman Timur.
Di musim 62, kombo Hans-Georg Anscheidt sama Jan Huberts dari Belanda sukses memenangkan 4 seri buat Kreidler. Sialnya, Ernst Degner bareng Suzuki RM62 juga memenangkan 4 seri lainnya. Jadi, Ernst Degner sama Suzuki lah yang keluar jadi Juara Dunia di GP50 musim perdana.

Dimusim kedua GP50 alias 1963, kondisi development motor kelihatannya lebih adem-ayem dibanding sebelumnya. Di musim ini, judul duelnya masih sama, Kreidler vs Suzuki.
Hans-Georg Anscheidt kembali jadi rider idola Jerman Barat dengan memenangkan 3 race buat Kreidler. Tapi sayangnya, nggak tahu kenapa, musim ini cuma motornya Anscheidt doang yang kenceng.
Usut-punya usut, ternyata gearbox 12-speed Kreidler inilah yang bikin pebalap baru di tim Factory Kreidler susah beradaptasi sama karakter motornya. Ini bukan saya yang bilang lho ya, tapi dari ucapannya Luigi Taveri sama Tarquinio Provini. Dan ya, keduanya itu adalah ex Juara Dunia.
Otomatis, pebalap Jerman Barat tadi dikepung habis-habisan sama kwartet pebalap Suzuki yang konsisten di garis depan. Sampai akhirnya, Suzuki lagi deh yang menang musim 63!
Never ending madness… Kreidler 😁
Sereem banget kompresinya ..
Btw trma kasih Kang eno buat artikel history nya
Unik juga jika ditelusuri Suzuki awal2 curi2 teknologi ke Jerman, tapi saat Bmw awal develop S1000rr curi2 dari Suzuki lewat Gsxr
wah mantep
Motor Astrea 800 saya kalo mo gigi 16 dah mo rotary 6 kali..
Hmm…menarik baca kalimat ini,
“Kreidler justru fokus memproduksi Scooter & Moped, alias motor yang kapasitasnya kecil buat pemula. Kebanyakan malah cuma 50cc”
dan sadar artikel berikutnya,
“Ketika Suzi Bikin Mesin 2-Tak 20.000 RPM, Suzuki RP68!”