Bukan Cuma Mesin Hybrid yang Gokil di Yamaha Fazzio

Rasio Kompresi Tinggi, Harus Pertamax?

Nah ini, salah satu bagian yang bikin saya kaget waktu lihat spesifikasi Yamaha Fazzio terbaru. Gimana nggak, kompresinya 11:1…! Ajib nggak tuh?

Secara teori engineering, rasio kompresi tinggi kayak di mesin Fazzio ini sebenernya bisa memaksimalkan efisiensi pembakaran. Penjelasannya nggak segampang itu sih, tapi kalau kita bikin versi bodo-bodoannya jadi gini.

Kalau misalnya gas lpg melon bocor terus meledak dilapangan bola, efek ledakannya tentu nggak seekstrim kayak gas melon yang (amit-amit) bocor di dapur tertutup. Kenapa bisa gitu? Jawabannya ya karena unsur dimensi ruangan, tekanan sama ledakan.

Sekarang kita coba aplikasikan ke mesin motor. Dengan kompresi statis mesin yang gede, otomatis ruang pembakarannya juga makin sempit. Tekanan yang dihasilkan waktu piston naik menekan campuran udara sama BBM juga pasti makin kuat.

Karena tekanannya kuat, otomatis begitu busi mantik bunga api, daya ledaknya atau pembakarannya juga jadi makin gede. Dan karena pembakaran makin gede, otomatis makin gede juga energi yang dihasilkan buat ngehantem si piston ke TMB terus muter si kruk as. And that ladies and gentlemen, adalah gimana prinsip dasar mesin bekerja.

So, intinya, makin gede rasio kompresinya, makin dahsyat pembakarannya. Jadi buat bisa dapetin energi pembakaran yang sama kayak rasio kompresi lebih rendah, kita bisa pakai lebih sedikit bahan bakar. Kalau bisa pakai bahan bakar lebih sedikit, jadi lebih efisien kan artinya?

Kalau ada yang njelimet, inget, ini cuma teori dasarnya doang. Masih banyak lagi yang dijamin bikin kalian loading kayak nunggu balesan DM dari teh Aura Kasih.

Terus, rasio kompresi tinggi model gini harus pakai Pertamax terus dong kang? Ya nggak gitu juga lah. Emangnya kenapa, takut knocking gitu? Kan yang menentukan jenis bahan bakar itu lebih ke kompresi dinamis, kemampuan pendinginan mesin, sama timing pembakaran. Bukan cuma dilihat dari kompresi statisnya.

Terus kalau lihat dari speknya, menurut Kang Eno gimana tuh kompresi dinamisnya? Nah, kompresi dinamis ini cuma bisa kita hitung kalau kita bongkar mesinnya, buret volume ruang bakar, pasang dial, ukur diberapa derajat klep in menutup, hitung volume silinder setelah klep in menutup, terus hitung ulang rasio kompresinya pakai volume ruang bakar yang didapat sebelumnya pakai rumus ini:

(Volume Silinder setelah klep in menutup + Volume Ruang Bakar) : Volume Ruang Bakar

Atau kuncinya, ya ada di profil noken as mesin itu sendiri!

Ribet ya? Lah dikirain ngoprek motor itu gampang kali! Tapi buat pemula kayak saya, nih cara gampang buat ngira-ngira seberapa gede kompresi dinamisnya. Biasanya, kalau kita bandingkan 2 mesin yang mirip tapi setingannya beda, yang pakai rasio kompresi tinggi itu dikasih durasi noken as lebih lebar sama lift yang lebih tinggi dibanding mesin serupa tapi kompresinya kecil.

Kenapa begitu? Karena noken as yang derajat menutup klep in nya lebih telat, sama liftnya juga sedikit lebih tinggi itu bisa bikin memberikan asupan BBM makin banyak di putaran tinggi. Otomatis, power bisa digeser ke putaran mesin yang lebih tinggi, tanpa ngorbanin putaran mesin rendah. Karena power digeser ke RPM lebih tinggi, otomatis power juga bisa jadi lebih tinggi. Kenapa bisa gitu? Karena rumus dasarnya ini:

More RPM = More Powaaaahhh!

Tapi begitu lihat spek power sama torsi Yamaha Fazzio, ebuset! Saya kaget lagi. Ternyata powernya malah turun dibanding generasi Mio sebelumnya. Tapi yang rada nggak kaget, ternyata torsinya naik dahsyat. Hmmm, saya langsung berfikir kalau karakter noken as Fazzio ini kayaknya nggak jauh beda kayak klan Mio-mio lainnya yang durasi klep in nya itu antara 220-240°.

Kenapa? Karena efek penambahan kompresi lebih tinggi tanpa ubahan noken as signifikan ya biasanya memang buat nyari tendangan torsi yang tinggi. Atau bahasa marketingnya “akselerasi lebih bertenaga”.

Terus, kesimpulannya apakah rasio kompresi dinamis Fazzio ini juga tinggi Kang? Saya berani tebak-tebakan kalau jawabannya IYA. Karena biasanya yang kompresi dinamisnya tinggi itu yang bukaan noken as nya lebih sempit, dan biasanya punya karakter power rendah di RPM rendah. Nah ini klop banget sama spek mesin Fazzio yang ada di website resmi Yamaha.

Ingat, ini cuma dari baca spek doang ya! Perlu dihitung ulang secara detail nih yang beginian.

Nah, berarti harus pakai BBM RON92 atau pertamax terus dong ya? Ya nggak juga! Kan sebelumnya sudah dijelaskan kalau selain kompresi dinamis juga masih ada lagi factor ECU yang kontrol timing pembakarannya secara otomatis berdasarkan input dari knock sensor atau O2 sensor.

Jadi nggak usah takut bakal knocking, pabrikan nggak sebodoh itu kok. Paling rasanya aja yang bakal beda, kalau Pertamax rasanya gimana, Pertalite gimana, Premium gimana. Eh ngomong-ngomong masih ada gitu Premium?

Kalau menurut saya, yang bikin ngeri dari kompresi Fazzio yang tinggi tadi justru bukan spek bahan bakarnya, tapi lebih ke pendinginan mesin. Soalnya efek ekstra dari bahan bakar selain sebagai sumber energi pembakaran mesin, juga berfungsi buat mendinginkan area ruang bakar.

Kalau bahan bakarnya makin irit kayak di kasus Fazzio, ditambah tekanan makin besar, otomatis mesinnya makin panas. Nah kalau sampai overheat efeknya berabe bro, mulai dari knocking, pemuaian logam, piston ngejim, jebol, beuh sadis-sadis deh pokoknya.

Dan yang bikin tambah bikin greget lagi, Yamaha Fazzio ini pakai tipe busi yang tergolong ke tipe panas lho: NGK CR6HSA. Lah, terus gimana soal pendinginan mesinnya tuh? Memang sih generasi Mio 125 itu sudah pakai Oil Jet kayak yang dibanggain pabrikan sebelah, tapi apakah cukup buat kompresi 11:1? Wah ini bikin penasaran banget deh pokoknya.

Makanya begitu Yamaha rilis online Fazzio kemarin, saya langsung tanya-tanya ke mereka soal kompresi mesin ini. Mudah-mudahan dijawab ya… Atau kalau dipinjemin unitnya malah lebih bagus kan biar bisa ngerasain lebih detail kelebihan mesin baru ini.

Iklan

9 comments

  1. Bener2 terobati kangennya masa2 dlu artikel sering nongol .. walau skg beralih ke YouTube tapi tetep aja buat yg old-school blog ini lebih menarik .. apalagi bahasanya yang mudah dimengerti .
    Trma ksh Kang eno

  2. Masak sih di Yamaha rekomendasikan ganti piston , ring dan blok di 50.000 km? Pengalaman naik scorpio km sudah lebih dari 50.000 km bahkan mungkin 2x nya ( Krn Speedo di copot) ga ada kendala ga pernah ganti dalaman mesin bahkan kampas kopling blm ganti ( cuma saat ganti oli terlihat serbuk logam tipis begitu pula saat pake aerox terakhir pake km 46.000 Masin masih prima. Merek lain juga sama ga perlu khawatir dg pernyataan mesti ganti komponen mesin tiap 50.000 km asal oli yg digunakan asli dan sesuai speknya.
    Maaf kalau rekan yg lain beda pengalamannya

    • Khusus yang DiAsil emang nggak harus ganti kang, minimal pengecekan, kalau bisa bongkar sendiri lebih bagus. Saya juga ada Aerox sudah 50.000 km tapi masih seger, dan memang belum perlu dibongkar.

      Yang saya tekankan 50k km itu batas habis garansinya diasil kang, jadi ya kalau ngerti teknis harusnya bisa artiin sendiri kenapa.

    • legenda (2001) bapak saya malahan sudah balik 2X kembali ke 00000KM. masih aman saja. tapi memang sih gak pernah kenceng bawanya. paling ea 50-70kpj doang. mesin belum ada kendala,tutup rantai masih utuh walao cat udah pada bulukan.oli pake shel hx7 ga pernah ganti merk laen.

  3. Crankcase & its cylinder head nya kode nya sama dengan freego.
    Fazzio beda nya di piston set nya aja yg berdampak ke kompresi.
    Asumsi Sf masih reliable terhadap load, karena adanya Diasil yamaha yang bertujuan strengthened matl tsb.

Silahkan Berikan Komentar Brosist yaa ....

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s