Riding bareng motor sport terbaru sambil membayangkan sensasi gebetan dibonceng jok nungging yang bikin melorot, Tiba-tiba driver yang ujian SIM A-nya nembak di depan kita belok memotong jalan. Dalam sekejap, setiap sel dalam tubuh langsung bereaksi dan merespon untuk membuat motor berhenti secepatnya, se-efektifnya, sengerem-ngeremnya – sebelum hal yang sering ditonton di video kecelakaan youtube terjadi.
Terdengar dramatis? Well, sejujurnya, hampir tak ada yang tak dibuat dramatis di negeri ini. Kejadian diatas hanyalah 1 contoh dari sekian banyak kronologi insiden yang dialami bikers Indonesia. Artikel yang bakal EA’s Blog bahas kali ini mungkin terdengar teoritis dan terkesan buat pemotor yang levelnya masih “newbie” – Tapi percayalah, sejago-jagonya Brosist sekalian… Kita semua masih membutuhkan pengetahuan dasar yang satu ini.
2 Momen Sebelum Pengereman dan Efeknya
Saat menghadapi situasi mendadak seperti diatas, Respon kita sebagai bikers akan terbagi menjadi 2: “Perception” kemudian dilanjutkan “Activation”. Perception adalah momen dimana kita menyadari situasi apa yang sedang terjadi dan apa yang harus kita lakukan selanjutnya. Nah disinilah kemudian momen Activation terjadi, alias waktu yang dibutuhkan jemari tangan untuk menggapai handle rem.
Bagi kebanyakan bikers, 2 momen Perception & Activation diatas membutuhkan waktu kurang dari 1 detik – survey menunjukkan sekitar 0,8 – 0,9 detik… Tambahkan saja sekitar 0,5 detik kalau yang dilamunkan itu teh Aura Kasih. Tapi meskipun hanya sepersekian detik, 2 momen diatas adalah penentu tingkat kesuksesan pengereman mendadak lho…! Mau tau kenapa?
Mari kita sedikit bermain hitung-hitungan…
Anggap saja kecepatan motor yang kita tunggangi (sebelum ngerem mendadak) adalah 60 Km/h, atau sekitar 17 meter/detik. Jika 2 momen Perception & Activation tadi dilewati dalam 1 detik, berarti 17 meter adalah jarak pengereman yang “sia-sia”. Jika gebetan yang dibonceng mulus laiknya Aura Kasih (baca paragraf sebelumnya), maka jaraknya semakin memburuk jadi 25,5 meter. Tambahkan 0,5 atau 1 detik lagi, maka siap-siap masuk video “deadliest motorcycle accident” di Youtube… Kalau sedang memasang Japro #eh Gopro.
Hit The Brakes!
Setelah momen Perception & Activation tadi, maka tiba waktunya kita bakal mengerem sejadi-jadinya. Seperti yang juga pernah dijarkan di gelaran Safety Riding bareng Wahana Honda, Jarak pengereman sangat dipengaruhi oleh berat motor, kecepatan, traksi aspal & ban, kecepatan respon antara otak – otot, plus kemampuan kita untuk mengurangi skid alias ban yang mengunci (Thanks karena sekarang ada ABS). EA’s Blog nggak bakal sok tahu mengajarkan teknik mengerem seperti apa yang paling baik, karena saya yakin Brosist di luar sana sudah punya “pakem” tersendiri soal metode pengereman yang dirasa paling efektif.
Itu artinya, skutik 110-125cc 10 juta umat punya potensi untuk mengerem lebih efektif dibanding sport 250cc yang diagul-agulkan oleh usernya… Begitupun motor bersistem ABS/Combined-ABS yang sering disebut overprice oleh para pengguna Non-ABS. Meskipun sebenarnya kembali lagi pada kemampuan masing-masing – Intinya jangan underestimate terhadap motor kita sendiri.
Berdasarkan survey, saat mengerem dari kecepatan 60 km/h seorang bikers NORMAL membutuhkan jarak sekitar 30-38 meter hingga motornya berhenti (tergantung skill). Tambahkan dengan momen Perception & Activation pada pembahasan poin pertama tadi, Maka total jarak yang dibutuhkan untuk berhenti dari kecepatan 60 km/h menjadi 47-55 meter. Kalau sedang melamunkan Aura Kasih, maka jarak yang dibutuhkan jadi 63 meter.
Bagaimana kalau riding dari kecepatan 100 Km/h Kang Eno? Well, bersyukurlah dan segera bertobat kalau Brosist bisa berhenti kurang dari 100-110 meter dengan rem kebanyakan motor lokal yang kadang bagus kadang nggak… Sorry, saya nggak sebut-sebut motor 250cc nya Kawasaki kan ? Good!
Trik Mengurangi Jarak Pengereman
Setelah mengetahui fakta mencengangkan diatas (saya harap sih Brosist merasa demikian), selanjutnya yang ditanyakan pasti: Apa trik untuk mengurangi jarak pengereman tadi Kang Eno? Tenang, ada banyak koq…!
Yang pertama, adalah menempatkan jemari kita di handle rem saat melewati kondisi yang tricky (note: perempatan, blind spot, gang ramai, dll)… Dengan metode ini, Nggak cuma mengurangi momen “Activation” tapi sekaligus juga menempatkan seluruh sistem tubuh kita dalam kondisi waspada – bak ada sekelompok teroris yang siap menembak di seberang jalan. Meskipun menurut instruktur safety riding justru mengurangi handling, tapi faktanya metode ini yang sudah menyelamatkan EA’s Blog dari berbagai kemungkinan insiden.
Yang kedua dan bagi yang nggak mau menerapkan teknik diatas, adalah dengan belajar teknik hard braking, atau mungkin sekalian belajar stoppie – bareng instruktur dan di tempat khusus pastinya, catat! Yang satu ini sangat tricky dan butuh praktek yang terus menerus, agar seluruh system tubuh hafal dengan feeling pengereman efektif. Mampukah Brosist mengerem dengan sempurna disaat kita juga harus mengontrol keseimbangan motor, skid dan jarak yang dibutuhkan??? Sayangnya, banyak bikers tak mampu melakukannya dengan baik, termasuk EA’s Blog…
Tapi jangan khawatir, masih ada lagi trik yang pastinya bisa dilakukan oleh semua kalangan bikers – dari laki-laki, perempuan, yang tanpa jenis, sampai ibu-ibu “belok kiri sein kanan”, yakni metode ketiga: Mengurangi kecepatan! Apalagi saat melewati kondisi yang tricky tadi… Kalau Brosist baca poin pembahasan pertama & kedua diatas dengan seksama, maka bisa diambil kesimpulan bahwa seluruh jarak pengereman dipengaruhi oleh kecepatan motor itu sendiri.
Sebagai contoh: Kecepatan 60 Km/h membutuhkan jarak pengereman sejauh 47-55 meter, dimana saat kita menguranginya ke 50 Km/h kita bisa “menghemat” jarak hingga 7-10 meter. Sebaliknya, Apabila kecepatannya ditambah maka perbandingan kecepatan / jarak pengereman justru menjadi semakin jauh… Karena adanya variabel Perception & Activation yang pasti bakal bertambah parah, seiring dengan bertambahnya kecepatan.
Well… Jangan salahkan EA’s Blog jika setelah membaca artikel ini, banyak Brosist di luar sana yang ogah ngelamunin teteh Aura Kasih….. Apalagi waktu naik motor.
Baca juga yang lainnya….
3 Fakta Mencengangkan Tentang Regulasi EURO4
Di Kota Ini, Motor Jadul Dilarang Ngaspal !
Kenapa Limiter RPM Ninja RR Mono / Z250SL Standar “Cuma” 10.500 RPM ?
Mahindra Siap Hidupkan Kembali Norton & BSA !
Kenapa Pilih & Nggak Pilih Motor 250cc ?
Lexmoto Dart 125, Kembaran Yamaha Mio Soul dari Inggris !
ngelamunin aura kamu aja deh…
Saya tambahkan catatan dengan kondisi jalan kering kayaknya..
Thanks kang, Ini tambahannya… Buat jalan basah, yowess silahkan kali 1,5-2 dari jarak diatas (apalagi pakai ban standar)
Kamana wae atuh mang, karek katingali deui? Btw minal aidzin wal faidzin.
Saya pernah ngalamin yg sampai ban belakang ngangkat tapi gak sengaja waktu itu kondisi aspal kering gak kebayang deh kalo pas itu lagi hujan …
Pasti nyium kaca belakang mobil orang
Kalo hard braking bannya juga harus bagus kang, saya pas itu pake cb ban std, hard braking ban ngesot 10-15meter sambil geol2 wkwkwk😂 alhamdulillah gak jatohh..
Oiya bener juga, banyak bgt masalahnya ya motor indonesia
Iyaa kang, gak pengguna gak kendaraannya😄
selamat, comment of the day
yang penting hati2 di jalan 60 kpj cukup… banyak yang teledor di jalan yang bisa bikin celaka.. kalo plong aman ya gass poll..
Yg fatal lagi ngerem saat ditikungan atawa cornering, wes banyak ndlosornya…
Wah itu butuh cornering-abs, khihihi
Yang paling penting BAN JANGAN BAWAAN DEALER.
ketahui batasan motor mu aja lah.
Pernah kejadia sama motor rakitan thailand rem belakangnya 2 piston d bawa turing pas d rem rasanya rem belakang blong setelah padahal kampas rem msh tebel
Setelah d bawa ke bengkel sempat bahas sma anak komunitas jga merasakan hal yg sama, itu dikarenakan diameter lubang piringan cakramnya terlalu kecil utk rem 2 piston jd lama membuang panas dan membuat rem menjadi blong sesaat
Pas d ganti aftermarket yang diameter lubangnya besar baru tidak ad gejala rem blong pas d bawa turing
Sekedar sharing hehehe
Wah kang, artikelnya kelas dewa banget kang :thumbup:
manfaat mang eno
“BAN JANGAN BAWAAN DEALER” well, hampir crash gara gara ada mobil keluar dari pertigaan (nggak ada traffic light), kondisi jalan 60an, jarak masih ada 150m an, hard braking sampe ban ngesot 15m an, kondisi rider 165/115, cuma bisa mikir, “brarti fix kudu ganti ban, orang berat gua udah abnormal, tapi grip tetep nggak dapet” 😂
pernah kejadian kang di jalan yang penuh genangan air jalan kira” 70-80 km ban belakang ngunci gara” ngerem takut air nyiprat eh nggak taunya hampir jatuh untungnya kaki kanan sempet agak turun
https://moto4ride.wordpress.com/2016/07/21/nasib-kawasaki-ninja-250r-dan-yamaha-r25-pasca-lahirnya-honda-cbr-250-rr/
Saya pke macan tua taun 2013 dengan ban standar irc bawaan.saya prefer buat rada ngurangin tekanan angin ban buat jarak jauh bro.biar g ngegeboy ala goyang dumbret saat mendadak ngerem dengan d imbangi menurunkan gigi jga.belajar dri pengalaman pke nsr 96 dan fu 05 trdahulu yg notabene cakram belakang smua yg ska lompat klu hanya mengandalkan rem disaat genting.
Saya mah ikutin trik mang koboys mang eno,dan sering cek kondisi rem dan alhamdulilah gak pernah ngalamin mtr crash gara2 tekor. Dan kyknya ilmu diatas gak berlaku jga klo perawatan thdp rem nya asal2an dan kondisi rem yg uzur
Sebaik2 skill tetep gk akan ngatasi klo sdang dlm kcepatan tinggi n menghadapi orng yg ngawur,,
Sy pernah naik cbverza d jalanan sepi 90km/jam tiba2 ad scopy yg searah krna jalan sepi seenakny nyebrang motong jalur akibatny tertabrak sy itu scopy yg d naiki 1 keluarga..
mang eno, bikin artikel tips n trick ngerem di beberapa kondisi jalan sekalian donk hehe..
macem jalan basah, jalan licin, jalan berpasir, dan jalan kehidupan yg berliku liku ini mang eno.. 😦
pas rem jg tambah pake engine brake alias turun gigi buru2
Alhamdulillah.. muncul maning,Kang.. br bisa buka blog sampean.. kemaren2 buka gak bisa ,sampe males..
Lanjuutttt..🙏
klo disini perempatan, gang ramai, zona sekolah dan pasar malah makin ngebut. Biar kliatan keren, karena klo ramai bisa nampang kliatan kencang gt