Setelah selesai nonton GP Argentina 2016 dini hari tadi, Saya langsung “gatel” kepikiran bikin artikel ini… Gimana nggak greget, Lahwong balapannya ditentukan sama kemampuan ban ! Ada yang ngeluh sampai ngedumel karena ban nya nggak klop, Ada race flag to flag karena bannya nggak kuat, Ada yang crash gara-gara nggak dapet grip ban depan, Ada-ada saja. . . Yang ada di fikiran EA’s Blog, Ini ajang balap MotoGP atau BanGP ?
Di musim MotoGP 2016 ini, Memang banyak yang berubah… Mulai dari ECU yang “dipukul-rata“, hingga ke penyuplai ban yang berubah brand – Dari Bridgestone ke Michelin. . . Soal ECU sendiri memang sudah jadi perdebatan sejak awal, Karena masing-masing team dipaksa mendevelop motor yang superior, Namun dengan kseleuruhan sistem yang setara… Untungnya, Hal ini bisa diantisipasi masing-masing tim dengan pengembangan di sektor sasis, engine, sampai winglet. . .
Tapi, Masih ada satu hal yang mengganjal bagi semua rider dan team di musim ini, Yakni karet bundar alias Ban ! Hingga seri kedua GP Argentina 2016 kemarin, Ban masih jadi faktor utama penentu kemenangan seorang pebalap… Layaknya di musim sebelumnya, sebelum-sebelumnya, sebelumnya lagi, sampai awal era MotoGP 4-Tak dimulai. . . Bahkan kalau dicermati, Rider sekelas Jorge Lorenzo & Dani Pedrosa kemarin pun sampai frustasi dibuatnya… What the hell happen !?

Seperti yang sudah disinggung diatas, Problem karet bundar ini bukan cuma ada di musim MotoGP 2016 saja… Dari ulasan yang EA’s Blog baca dari seorang expert roda 2, Kevin Cameron di tulisannya “Ten Years of MotoGP“, Bahkan sejak era 2003 silam, Ban masih jadi penentu kesuksesan seorang rider – Mulai dari era 3 penyuplai ban sekaligus (Dunlop, Michelin & Bridgestone) hingga era penyuplai ban tunggal. . .

Dulu, Pengembangan elektronik, throttle control, clutch & gearbox, ride-by-wire, pengurangan kubikasi (2007), serta semua hal yang membuat delivery power lebih smooth pun digeber demi membuat sang kuda besi prototype lebih mudah dikontrol – Meskipun ban masih belum bisa diandalkan. . . Hasilnya terlihat jelas, Masing-masing team berlomba membuat prototype motor yang super-duper canggih untuk mengurangi efek karet bundar… Ducati dengan sistem elektronik “Ferrari-Inspired” hingga Carbon-Fiber airbox + chassis, Aprilia bersama Pneumatic-Valve nya, Honda dengan Seamless-Shift Gearbox “game changer“, serta Yamaha dengan Kestabilan dan Elektronik yang luar biasa. . .
Tapi di tahun ini semua berbeda, Semua team (factory) telah menggunakan paket sistem ECU dan elektronik yang sudah tak jauh berbeda… Tinggal bagaimana masing-masing engineer team meracik sasis (frame), suspensi dan power delivery motor prototype-nya. . . Namun disaat ketiga hal tadi sudah menemui jalan buntu, Satu lagi terobosan masa lalu hadir dan menjadi kunci di era modern ini : Winglets ! Tetapi tetap saja, Sayap mungil tersebut tak mampu menyamai kebergantungan rider terhadap Ban. . . Toh, Om Valentino Rossi nggak pakai winglet dan tetap kompetitif kan ?
Pada akhirnya, Permasalahan pelik kembali ke Ban, Ban, dan Ban… Seperti yang sudah dialami sejak 1 dekade silam, dan somehow belum ketemu jawabannya. . . Maksud EA’s Blog begini Brosist : Ayolah ini kan MotoGP, Tempat pebalap nomer wahid, plus Adu teknologi motor prototype nomer satu di Dunia… Masa seorang juara cuma didasarkan pada pemilihan ban yang klop doang ? Apa-apaan ??
Padahal ini balapan motor termahal di Dunia, dan dana yang digelontorkan pun gila-gilaan ! Sebagai perspektif, Pabrikan dunia sekelas BMW, Kawasaki, ataupun MV Agusta yang punya history menawan di ajang ini pun menolak ikut karena alasan finansial… Masa iya masalah ban sampai mempengaruhi perebutan gelar juara dunia layaknya tahun-tahun sebelumnya ?
Atau ini justru strategi Dorna untuk membuat persaingan lebih seru dan dramatis (yang kemudian memancing animo penonton), dengan menggunakan Ban sebagai pusat kontroversi ? Ya kalau demikian sih namakan saja dengan ajang balap BanGP, Jangan MotoGP ! Di MotoGP, Kita ingin melihat skill murni, teknologi “alien”, determinasi, dan duel heroik, Bukan siapa yang pintar pilih ban !
“If Grand Prix racing is to continue to attract top sponsors and major spectator interest, it must somehow preserve its former cachet of exclusivity. Otherwise, it will decline into being just another production-based series… Shall we call it Petit Prix?” – Kevin Cameron, Motorcycle Expert –

Baca juga yang lainnya yaa Brosist. . .
Marc Marquez Juara Race Dramatis MotoGP Argentina 2016 !
BMW Tidak Tertarik Gabung MotoGP !
Tak Mau Kalah Oleh Ducati & Yamaha, Marc Marquez Juga Pakai “Winglet” di Honda RC213V !
Casey Stoner CLBK Bersama Ducati ! Tenang, Cuma Jadi Test Rider…
Lebih Detail soal KTM RC16, Jagoan Baru MotoGP 2017 !
Ini MotoGP, Bukan Balap Liar !
ban segalanya yah…
http://singindo.com/2016/04/04/maling-hp-modus-baru-yang-punya-toko-harus-tahu-nih/
Pake IRC aja,tangguh di segala Medan !
Haiyaah iki malah promosi, Mana kaga ngasih royalti pula, wakakak 😀
Saya termasuk yg gak setuju dengan sistem penyetaraan ban (penyuplai tunggal) dan ecu di ajang motogp. Alasannya simple aja sih, ini kan ajang adu balap, adu kencang, adu teknologi, adu gengsi, dll, bukan cuma adu skill dan keberuntungan riders. Semakin ke sini semakin ke adu riders doang, dan adu keberuntungan. Tapi ya kita bisa apa? Cuma penonton gratis kok bawel, hehe…
betul, namanya adu harusnya adu merek gak cuma motor ya.. tapi tetep dibatasi, mungkin gini, kalau one tire bisa dipantau regulasi/ batasannya sama RD agar tidak ada pihak yang terlalu diuntungkan, kalau kebanyakan merek bingung juga
http://kobayogas.com/2016/04/04/intermezzo-ini-dia-skutik-baru-yamaha-berkode-nm4-sama-kaya-vultus/
Betul mang, Muosok dah 1 dekade problem ban nggak pernah kelar ? Ini motogp atau kasus korupsi ?
Ya ndak popo kang, Kalo kita biarin terus tanpa kritik, Lama2 bisa jadi moto1 ini balapan (mesin cbr puyerbled) sasis sendiri…. Puyeng dah 😀
Udh merek ban lokal aja,malahan pernah liat di tv mtrnya belum finish bannya udh juara. Udh itu aja!!
ada juga yang balapan ban masih awet, motornya yang diganti 😀
Bwakakakak, 😀
jadi inget dulu pernah ada plesetan logo michelin dirubah jadi gambar pocong tulisannya ngeselin, nyari-nyari di google ga ketemu..kalo ada pas banget tuh dipasang di artikel 😀
Oiya bener inget sayah, wkwkwk 😀
Ini bukan tentang balapan, tapi tentang bisnis…. kira-kira begitulah di dalam pikiran mereka
Nah itulah pertanda harus cari tontonan lain, selain MotoGP 😦
sayang sekali
ganti ue mon ku irc roadwinner atau corsa s123 haha michellin rongsok haha
Koplak, Genti we YZR M1 na sekalian ku pigsen ente ben, hahahaa 😀
Pas ducati ndlosor, sayapnya hamburan kah
walaupun ketiduran tp baca hasilnya ya lumayan kesel juga.. race jadi stngh lap ganti ban?? wtf.. rider pada jatohan… klo ecu di ratain ya aneh juga wlwpun di homologasiin.. ah syudah lah mereka lbh pinter
bwt pecinta balap yg udah nonton sejak jaman 990cc justru regulasi skrg lebih bagus gan. klo perlu itu anti whelie & launch control dibuang, traction control dibatasi, ban kurang ngegrip (kembali ke jaman 990cc)..
klo diterapkan lagi dijamin 100 persen kompetitif, siapa finish 5 besar sulit ditebak, satelit-privater berpeluang masuk 5 besar (gak perlu mesti wet race atau flag-to-flag)
Jadi keberuntungan para rider yg menentukan kemenangan ya Kang 🙂
iya konyol banget kemaren yang di argentina
padahal ngira nya tar podium marquez,rossi,vinales
gak taunya vinales out
pas lap terakhir juga ngiranya marquez, dovi, iannone
gak tau nya jadi marquez, rossi, pedrosa
hoki banget pedrosa bradle out yang depannya juga jatuh semua ampe bisa dapet podium gitu tapi keliatan mukanya gak seneng
kwkw
Saya kurang setuju sih Kang, dengan yang Kang Eno bilang tentang “ban gate” ini. Menurut saya justru bagus, regulasi single supplier ban ini. Bukan soal keberuntungan kok menurut saya, pemilihan ban juga didasari analisa ini-itu, dari karakter sirkuit, settingan motor, bahkan sampai temperatur atau cuaca juga jadi dasar analisis para pembalap dalam memilih ban.
Hasilnya sudah mulai terlihat sih menurut saya. Suzuki yang dianggap inferior, ternyata bisa kompetitif dengan Vinales di atas tunggangannya. Begitu juga Duo Ducati yanb sudah mulai menebar ancaman serius mulai musim lalu.
Saya justru berharap yang naik podium jangan terus-terusan Marc, Lore, Rossi. Dengan regulasi Dorna yang terus ‘di-improve’, kita jadi bisa menyaksikan drama-drama seru di sirkuit. Contoh paling dekat ya GP Argentina kemaren, begitu banyak drama, terutama di lap terakhir.
Apa yang menarik dari sebuah tontonan jika tak ada DRAMA?
Nonton si boy anak jalanan kang, biar banyak drama, hihi… Piss…
Betul setujuhhh.. Justru ini effort dorna bikin balapan lebih seru n lebih murah. Belum maksimal memang tapi kan sudah keliatan dominasi honda-yamaha sudah mulai terkikis karena ecu n ban dibatasi.
Ingat F1 USA bbrp tahun lalu dimana pemakai michelin gak mau balapan gegara takut cilaka? Nah itu hasil persaingan produsen ban yg gatot. Gagal total. Malah bikin balapan pincang.
Harapannya sih pabrikan2 lain mulai semangat lagi. BMW, Aprilia, Kawasaki, KTM hayo ngegas lagi biar tambah seru.
pengembangan sasis, mesin, brake, sudah mentokkk kali yah..?
Saya juga udah ga tertarik nonton motogp. Alasannya ridernya etaeta wae, trus kurang loba, jadi teu hebohhhh hehe,,